
Dolar AS Terpuruk! Tapi Tak Menjamin Rupiah Menguat Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Jebloknya indeks dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu membuat rupiah melesat lebih dari 1% ke Rp 14.260/US$ yang merupakan level terkuat dalam 10 pekan terakhir. Data tenaga kerja AS yang buruk membuat indeks dolar AS makin terpuruk, tetapi apakah rupiah mampu melanjutkan penguatan di pekan ini?
![]() |
Pada Jumat (3/9/2021), Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data tenaga kerja yang menjadi acuan bank sentral AS (The Fed) dalam memutuskan kapan waktu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).
Penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) bulan Agustus dilaporkan sebanyak 235.000 orang, jauh di bawah survei Reuters terhadap para analis yang memprediksi sebanyak 750.000 orang. Tingkat pengangguran dilaporkan turun menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,4%, sesuai dengan hasil survei Reuters, kemudian rata-rata upah per jam tumbuh 0,6% lebih tinggi dari bulan Juli 0,4%.
Meski tingkat pengangguran turun dan rata-rata upah per jam naik, tetapi yang lebih dilihat pelaku pasar adalah NFP. Sebab, mencerminkan kemampuan negara dengan perekonomian terbesar di dunia menciptakan lapangan pekerjaan.
Rilis tersebut menguatkan ekspektasi The Fed baru akan melakukan tapering di akhir tahun ini, dan tidak menutup kemungkinan mundur di awal tahun depan jika data NFP selanjutnya yang dirilis awal bulan depan juga buruk.
Alhasil, dolar AS terpuruk. Pada Jumat lalu melemah 0,21%, dan dalam sepekan 0,7%. Jika dilihat ke belakangan, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah turun dalam 10 dari 11 hari perdagangan.
![]() |
Meski demikian, bukan berarti rupiah bisa menguat dengan mudah di pekan ini. Melihat posisinya di level terkuat 10 pekan, Mata Uang Garuda tentunya rentan mengalami koreksi. Apalagi, buruknya data NFP menunjukkan pelambatan ekonomi global kian nyata, yang tentunya tidak menguntungkan bagi mata uang emerging market seperti rupiah.
Sementara itu dari dalam negeri, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih menjadi perhatian. PPKM yang akan berakhir hari ini sudah pasti akan diperpanjang, tetapi pelaku pasar melihat berapa banyak wilayah lagi yang turun level, dan apakah akan ada pelonggaran lebih lanjut.
Selain itu, data cadangan devisa, tingkat keyakinan konsumen, serta penjualan ritel akan mempengaruhi pergerakan rupiah di pekan ini.
