Newsletter

PPKM (Pasti) Diperpanjang, tapi Bakal Makin Longgar?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
06 September 2021 06:30
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan lalu bursa saham dan pasar uang menguat, sementara imbal hasil (yield) obligasi tertekan yang mengindikasikan bahwa pelaku pasar kian optimistis dengan prospek ekonomi ke depan. Hari ini, fokus pasar kembali ke Tanah Air.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melesat 1,42% pekan lalu dengan koreksi hanya pada perdagangan Rabu (1/9/2021) dan Kamis (2/9/2021). Pada perdagangan Jumat (3/9/2021), IHSG ditutup melesat 0,8% ke level 6.126,92.

Koreksi IHSG pada Rabu pekan lalu menjadi yang terbesar, nyaris 1%, setelah rilis data aktivitas manufaktur. Aktivitas manufaktur Indonesia pada Agustus 2021 cenderung membaik dibandingkan bulan sebelumnya, tapi belum cukup untuk membawanya ke zona ekspansi.

IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur dengan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) per Agustus 2021 tercatat di angka 43,7 atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 40,1.

PMI menggunakan angka 50 sebagai batas. Kalau masih di bawah 50, maka dunia usaha masih dalam mode kontraksi. Artinya, sektor industri nasional masih belum berekspansi dan dalam tekanan akibat efek pandemi.

Selama sepekan lalu, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 55,4 triliun dan investor melakukan aksi beli bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp 1,6 triliun sepanjang pekan ini. Aksi beli yang besar ini menandakan dalam jangka pendek tak ada efek kebijakan tapering (pengurangan pembelian obligasi bank sentral Amerika Serikat/AS di pasar) terhadap Indonesia.

Tidak heran, rupiah melesat 1,08% secara point-to-point ke Rp 14.260/US$. Pada perdagangan Jumat (3/9/2021) kemarin, Mata Uang Garuda ditutup menguat tipis sebesar 0,07% terhadap dolar AS.

Reli rupiah terjadi di tengah tekanan yang menimpa Greenback. Indeks dolar AS turun selama 5 hari perdagangan beruntun. Bahkan jika melihat jauh lebih ke belakangan, dalam 10 hari perdagangan, indeks nilai tukar dolar AS terhadap enam mitra dagang utamanya itu turun 9 kali.

Sementara itu, di pasar obligasi terjadi aksi beli sehingga menggerus imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN). Selama sepekan, imbal hasil SBN bertenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-melemah 3,4 basis poin (bp) menjadi 6,132%.

Hal ini terjadi di tengah inflasi yang terjaga di dalam negeri dan pelemahan yield SBN AS (US Treasury). Inflasi yang landai membuat imbal hasil surat utang kian menarik sehingga memicu aksi beli yang mendongkrak harganya (dan menekan yield).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data laju inflasi Indonesia periode Agustus 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi, laju inflasi masih lambat yang mengindikasikan belum ada tarikan dari sisi permintaan.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto melaporkan inflasi Agustus 2021 adalah 0,03% secara bulanan, dengan laju inflasi tahunan sebesar 1,59%. Capaian itu tak jauh berbeda dari proyeksi analis dan ekonom yang dirangkum dalam polling CNBC Indonesia.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pda perdagangan pekan lalu, dengan Nasdaq menguat S&P 500 tumbuh tipis, dan Dow Jones cenderung flat. Saham pengangkatnya terutama adalah sektor properti, utilitas, barang konsumen dan layanan kesehatan.

Untuk Senin hari ini, pasar AS akan libur memperingati Hari Buruh, dana akan dibuka kembali pada Selasa.

Slip gaji per Agustus tercatat bertambah 235.000, atau jauh dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 720.000. Angka itu jauh dari capaian Juli yang mencapai 1,05 juta slip gaji. Pemicunya adalah penyebaran kembali varian delta yang membuat optimisme pelaku usaha kembali tertekan, dan mengurangi aktivitas bisnisnya.

Pasar akan kembali memantau data klaim tunjangan pengangguran mingguan yang akan dirilis Kamis pekan ini, karena akan menjadi acuan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mempercepat atau memperlambat kebijakan tapering (pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder) yang telah disebutkan akan dilakukan tahun ini.

"Outlook yang saya patok untuk beberapa pekan terakhir selalu menyamping atau menguat moderat, dan itulah arah kita menuju sepertinya," tutur Randy Frederick, Direktur Pengelola Trading dan Derivatif Charles Schwab, seperti dikutip CNBC International.

Pelaku pasar, lanjut dia, akan cenderung memantau rilis kinerja keuangan emiten. Menurut Refinitiv, kinerja keuangan emiten AS per kuartal III-2021 akan menguat sebesar 29,8%, setelah lompatan pada kuartal II-2021 sebesar 95,6%.

Selain itu data inflasi dari Indeks Data Produsen (Price Producer Index/PPI) juga akan dirilis. Demikian juga dengan upaya Kongres AS meloloskan paket infrastruktur dan kenaikan pajak korporasi untuk membiayainya.

Pada Jumat pekan lalu, indeks S&P 500 menguat 0,6% ke 4,535, sementara Nasdaq lompat 1,5% ke 15,363 (level tertinggi baru), sedangkan Dow Jones cenderung flat di 0,2% ke 35.369. Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS cenderung flat di level 1,32%.

Pada hari ini, tidak banyak rilis data ekonomi global yang patut diantisipasi pelaku pasar. Bursa Amerika Seriakt (AS) pun libur untuk memperingati Hari Buruh. Oleh karenanya, sentimen pasar nasional bakal tergiring kembali ke dalam negeri dan ke kawasan Asia Pasifik.

Pada hari ini beberapa agenda nasinoal terkait ekonomi makro layak menjadi perhatian, di antaranya pengumuman Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang kemungkinan besar akan diperpanjang.

Sebelumnya, pemerintah memutuskan perpanjangan PPKM dari tanggal 31 Agustus hingga 6 September 2021, dengan tambahan wilayah aglomerasi yang masuk ke PPKM level 3, yakni Malang Raya dan Solo Raya. Sementara itu, wilayah Semarang Raya berhasil turun ke level 2.

Wilayah yang masuk level 4 turun dari 51 kabupaten/kota menjadi 25 kabupaten/kota. Namun, wilayah yang masuk ke level 3 naik dari 67 kabupaten/kota menjadi 76 kabupaten/kota, dan wilayah yang masuk ke level 2 naik dari 10 kabupaten/kota menjadi 27 kabupaten/kota.

Pasar akan mengantisipasi peluang pelonggaran yang diberikan untuk sektor-sektor non-esensial di kota besar Indonesia seperti pusat perbelanjaan, konstruksi, manufaktur, di mana banyak emiten nasional yang bergerak di dalamnya.

Pada siang hari, ada baiknya pelaku pasar juga memantau rapat terbatas (ratas) virtual oleh Presiden Joko WIdodo yang dihadiri anggota kabinetnya. Sejauh ini detil agenda rapat tersebut belum diumumkan.

Namun, pemerintah pekan lalu menyatakan bersiap menghadapi gelombang ketiga pandemi, dengan varian Mu atau B.1.621 virus Covid-19. Varian ini diumumkan pada 31 Agustus lalu oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Kini, virus yang pertama kali ditemukan di Colombia ini telah menyebar ke setidaknya 39 negara.

Varian tersebut bermutasi dengan menunjukkan resistensi terhadap vaksin sehingga mereka yang telah divaksin atau yang berhasil mengalahkan infeksi Covid-19 sebelumnya masih bisa terpapar virus varian baru ini.

Bagaimana perkembangan ke depannya tentunya akan terus diamati oleh pelaku pasar, sebab penyebaran virus corona Delta saja masih berisiko membuat perekonomian global melambat, apalagi jika corona Mu ikut menyebar luas.

Indonesia dinilai masih rentan terkena efek buruk pandemi setelah Nomura, lembaga keuangan asal Jepang, memasukkan Indonesia ke daftar negara berkembang yang terkena dampak terparah tapering di tengah situasi pandemi seperti sekarang.

Pada tahun 2021 ini, Nomura memasukkan Indonesia ke daftar 10 negara rentan (the fragile 10) bersama Brasil, Turki, Afrika Selatan, Kolombia, Chile, Peru, Hungaria, Romania, dan Filipina jika tapering benar-benar dilakukan dan berdampak buruk menekan sentimen pasar global.

Berikut data ekonomi dan agenda emiten yang akan dirilis hari ini:

  • Paparan Publik PT Telkom Indonesia Tbk/TLKM (13:00 WIB)
  • Paparan Publik PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (14:00 WIB)
  • Paparan Publik PT Adaro Energy Tbk/ADRO (14:00 WIB)
  • PMI sektor konstruksi Uni Eropa Per Agustus (14:30 WIB)

Sementara itu, indikator perekonomian nasional terbaru adalah sebagai berikut ini:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular