Kurs Dolar Australia Nanjak Terus Meski PDB 'Dimakan' Corona

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 September 2021 13:35
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Kamis (2/9/2021), meski tipis. Padahal, data menunjukkan perekonomian Australia melambat di kuartal II-2021 akibat penyebaran virus corona.

Pada pukul 12:43 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.520,08, dolar Australia menguat tipis 0,04% di pasar spot melansir data Refinitiv.

Kemarin, mata uang Negeri Kanguru ini berhasil menguat 0,78%. Pada Rabu pagi, Biro Statistik Australia melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal II-2021 tumbuh 0,7% dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 1,9%.

Lockdown yang dilakukan Australia di beberapa negara bagian guna meredam penyebaran virus corona dalam beberapa bulan terakhir menjadi biang kerok melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Penurunan tersebut memang tajam, tetapi masih lebih baik dari proyeksi analis yang disurvei Reuters sebesar 0,5%. Artinya, dampak lockdown tidak separah yang diperkirakan analis, alhasil dolar Australia menguat.

Sementara itu jika dibandingkan kuartal II tahun lalu, PDB tumbuh 9,6%. Memang tinggi, tetapi karena low base effect, dimana tahun lalu perekonomian Australia jeblok di masa awal pandemi.

Selain itu, kabar bagus juga datang dari Australia hari ini. Surplus neraca dagang Australia dilaporkan kembali melonjak. Di bulan Juli, surplus dilaporkan sebesar AU$ 12,1 miliar, dari bulan sebelumnya AU$ 11,1 miliar. Kenaikan tersebut terjadi akibat kenaikan ekspor bijih besi, batu bara serta gas alam cair.

Pada analis sebelumnya memprediksi surplus di bulan Juli turun menjadi AU$ 10,2 miliar. Artinya dalam 2 hari terakhir, rilis data dari Australia selalu lebih baik dari ekspektasi.

Sementara itu dari dalam negeri, IHS Markit kemarin melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia masih mengalami kontraksi di bulan Agustus, meski membaik dari bulan sebelumnya. Angka PMI bulan Agustus dilaporkan sebesar 43,7 dari sebelumnya 40,1.

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data laju inflasi Indonesia periode Agustus 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi, laju inflasi masih lambat.

Pada Rabu (1/9/2021), Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto melaporkan inflasi Agustus 2021 adalah 0,03% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 1,59%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,03% pada Agustus 2021 dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara dibandingkan Agustus 2020 terjadi inflasi 1,59%.

Rendahnya inflasi tersebut memberikan gambaran lemahnya daya beli masyarakat, yang tentunya berdampak negatif bagi rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular