Ada Apa Rupiah? Perkasa di Awal, tapi Kini Masuk Zona Merah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 September 2021 12:39
Karyawan menunjukkan pecahan uang dollar di salah satu tempat penukaran uang di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jumat (16/3/2018). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mampu mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (2/9/2021). Meski demikian, rupiah sempat masuk ke zona merah, sebab dibayangi penyebaran virus corona varian baru.

Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21% ke Rp 14.250/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hingga tengah hari ini.

Rupiah setelahnya sempat berbalik melemah 0,04% ke Rp 14.285/US$, dan bolak balik antara penguatan dan pelemahan. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah akhirnya berada di Rp 14.385/US$. 

Melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi,rupiah kemungkinan akan gagal kembali ke jalur penguatan. 

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.241,80Rp14.262,8
1 BulanRp14.271,00Rp14.302,0
2 BulanRp14.318,00Rp14.344,0
3 BulanRp14.363,00Rp14.392,0
6 BulanRp14.498,00Rp14.520,0
9 BulanRp14.643,00Rp14.675,0
1 TahunRp14.822,50Rp14.843,2
2 TahunRp15.510,90Rp15.506,6

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Penyebaran virus corona varian baru yang disebut Mu, cukup menyita perhatian pelaku pasar hari ini.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), virus corona Mu berpeluang untuk bisa lolos dari kekebalan tubuh jika sebelumnya pernah terinfeksi maupun divaksinasi. Varian ini pertama kali ditemukan di Colombia. Namun saat ini sudah menyebar ke setidaknya 39 negara.

Bagaimana perkembangan ke depannya tentunya akan terus diamati oleh pelaku pasar, sebab penyebaran virus corona delta saja masih berisiko membuat perekonomian global melambat, apalagi jika corona Mu ikut menyebar luas.

Di sisi lain, dolar AS masih tertekan pasca rilis data tenaga kerja versi Automatic Data Processing Inc. (ADP) kemarin malam.

ADP melaporkan sepanjang bulan Agustus perekonomian AS menyerap tenaga kerja diluar sektor pertanian dan pemerintahan sebanyak 374.000 tenaga kerja, jauh lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebanyak 640.000 tenaga kerja.

Data dari ADP bisanya dijadikan gambaran data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis Jumat besok. Data tenaga kerja tersebut merupakan acuan bank sentral AS (The Fed) dalam memutuskan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Alhasil buruknya data ADP memperkuat ekspektasi The Fed baru akan melakukan tapering di akhir tahun ini dan tidak menutup kemungkinan di awal tahun depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular