Ada Ramalan Ngeri Soal Harga Minyak! Tapi RI Malah Untung Lho

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
Kamis, 02/09/2021 10:39 WIB
Ilustrasi SPBU (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sepertinya masih jauh dari kata usai. Kehadiran virus corona varian delta yang lebih menular dari sebelumnya membuat dunia harus kembali waspada.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 1 September 2021 adalah 217.558.771 orang, Jumlah ini lebih banyak dibandingkan seluruh populasi di Brasil yang sekitar 214 juta jiwa.


Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara dengan pasien positif corona terbanyak dunia yaitu 40.330.712 orang. Sementara Indonesia berada di posisi 13 dengan 2.100.138 orang.

Perkembangan ini membuat berbagai negara kembali membatasi aktivitas dan mobilitas masyarakat. DI Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Meski PPKM berangsur-angsur dilonggarkan, tetapi masih ada pembatasan di sana-sini. Misalnya, restoran dan warung makan hanya boleh melayani pengunjung yang makan-minum di tempat dengan kapasitas 50%. Pusat perbelanjaan atau mal sudah boleh buka, tetapi kapasitas pengunjung dibatasi 25%. Intinya, pemerintah berharap masyarakat sebisa mungki tetap #dirumahaja.

Salah satu dampak mobilitas yang terbatas adalah penurunan permintaan energi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi komponen energi pada Agustus 2021 adalah -0,02% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Agustus 2020 (year-on-year/yoy), terjadi inflasi -0.1%.

Bukannya inflasi, yang ada malah deflasi baik itu bulanan maupun tahunan. Ini menandakan permintaan bahan bakar minyak (BBM) sedang sangat rendah.

Halaman Selanjutnya --> Banyak yang Tak Yakin Soal Masa Depan Minyak


(aji/aji)
Pages