Sentuh Level Tertinggi 6 Pekan, Dolar Singapura Balik Merosot

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 30/08/2021 11:45 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Singapura menguat tajam melawan rupiah pada pekan lalu hingga menyentuh level tertinggi dalam 6 pekan terakhir di Rp 10.715/SG$. Tetapi arah angin berbalik, dolar Singapura kini malah merosot di awal perdagangan Senin (30/8/2021).

Pada pukul 10:45 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.666,82, dolar Singapura melemah 0,35% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara sepanjang pekan lalu, Mata Uang Negeri Merlion ini menguat nyaris 1%, menjadi kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Mei lalu.

Rupiah memang dalam tekanan pada pekan lalu, sebab isu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) sedang "panas". Tidak sekedar isu, risalah rapat kebijakan moneter The Fed bulan Juli menunjukkan tapering bisa dilakukan di tahun ini.


Situasi tersebut menjadi tidak menguntungkan bagi rupiah. Tapering pernah terjadi di tahun 2013 dan hasilnya tidak baik bagi pasar finansial global.

Saat itu terjadi, aliran modal keluar dari negara emerging market dan kembali ke Amerika Serikat. Pasar finansial global menjadi bergejolak, yang disebut taper tantrum. Rupiah saat itu terus mengalami tekanan hingga di tahun 2015.

Tetapi, situasi berubah pasca simposium Jackson Hole Jumat pekan lalu. Saat itu ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan sepakat dengan mayoritas koleganya jika tapering "akan tepat dilakukan di tahun ini"

Meski demikian, pasar saham AS (Wall Street) justru menguat merespon penyataan tersebut, yang berarti direspon positif oleh pelaku pasar. Artinya, langkah The Fed untuk terus mengkomunikasikan tapering dengan pasar efektif meredam taper tantrum yang mungkin terjadi seperti di tahun 2013.

Aliran modal pun kembali masuk ke Indonesia, yang membuat rupiah perkasa. Hal tersebut terindikasi dari penurunan yield obligasi (Surat Berharga Negara/SBN) tenor 10 tahun sebesar 2,3 basis poin ke 6,143%.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield turun artinya harga naik. Saat harga naik artinya ada aksi beli, dan kemungkinan besar oleh investor asing yang ingin mendapatkan imbal hasil tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor