
Harga Saham Terbang 438%, BBYB Rupanya Masih Rugi Rp 133 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten bank mini yang sahamnya gencar diobral oleh Perusahaan asuransi BUMN PT Asabri (Persero) dalam beberapa bulan terakhir, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) baru saja menyampaikan laporan kinerja keuangan kuartal kedua tahun 2021.
Emiten yang dikendalikan oleh fintech Akulaku ini mencatatkan kerugian Rp 132, 86 miliar pada semester pertama tahun ini. Kondisi ini memburuk dari periode yang sama tahun sebelumnya dimana perusahaan masih mampu meraup laba bersih sejumlah Rp 19,32 miliar.
Berbanding terbalik dengan kerugian bersih, pendapatan bunga perusahaan paruh pertama tahun ini malah mengalami kenaikan 27,70% menjadi Rp 300,30 miliar dari posisi Juni 2019 sebesar Rp 235,12 miliar.
Pendapatan operasional lainnya juga meningkat menjadi Rp 31,70 miliar dari semula Rp 27,04 miliar.
Membengkaknya kerugian perusahaan diakibatkan oleh meningkatnya biaya beban operasional yang semula sebesar Rp 100,27 miliar, naik 176% menjadi Rp 277,02 miliar. Beban pemasaran mengalami kenaikan terbesar dari Rp 5,87 miliar menjadi Rp 104,76 miliar, beban administrasi umum bertambah menjadi Rp 85,61 miliar dari sebelumnya Rp 44,61 miliar. Sedangkan beban tenaga kerja naik dari Rp 38,96 miliar menjadi Rp 60,21 miliar dan kerugian bersih penurunan nilai aset keuangan bertambah menjadi Rp 26,44 miliar dari sebelumnya senilai Rp 10,83 miliar.
Per kuartal II tahun ini, rasio non performing loan (NPL) terhadap total kredit bersih bank meningkat menjadi 3,42% dari posisi tahun sebelumnya sebesar 2,75%. Kemudian, Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) juga tercatat naik menjadi 141,68% pada triwulan kedua 2021 dari periode yang sama tahun 2020 sebesar 92,52%.
Rasio kecukupan modal (CAR) Bank Neo per akhir Juni 2021 turun menjadi 24,73% dibandingkan dengan posisi tengah tahun 2020 yang berada di angka 33,76%.
Jumlah aset perusahaan meningkat menjadi Rp 6,99 triliun dari posisi akhir Desember tahun lalu senilai Rp 5,42 triliun. Liabilitas perusahaan juga naik menjadi Rp 5,76 triliun dari semula Rp 4,30 triliun. Alhasil ekuitas perusahaan tercatat tumbuh menjadi Rp 1,23 triliun dari sebelumnya sejumlah Rp 1,12 triliun.
Sebelumnya Asabri terus menerus menjual saham bank milik Akulaku, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) sehingga porsinya dari sebelumnya lebih dari 20% di tahun 2019, tergerus menjadi 4,28% per 12 Agustus 2021, bahkan porsi kepemilikan saham Asabri tersisa 0,53% hingga 19 Agustus 2021.
Akulaku merupakan fintech lending yang disuntik oleh Ant Financial milik konglomerat China yang namanya sudah tak asing lagi, Jack Ma.
Akulaku resmi menjadi pengendali BBYB sebagaimana tertuang dalam keterbukaan yang dipublikasikan pada 29 Juli lalu oleh pihak manajemen kepada OJK.
Saat ini Bank Neo Commerce sedang dalam proses untuk menjadi bank digital dan merupakan salah satu dari tujuh bank yang mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Meskipun mencatatkan kinerja buruk pada semeter pertama tahun ini, BBYB malah mencatatkan kinerja saham yang sangat impresif. Pada perdagangan sesi I Senin (30/8) pukul 09.23 WIB di pasar modal, saham BBYB tercatat naik 0,94% ke level Rp 1.605/ saham dengan kapitalisasi pasar Rp 12,03 triliun.
Dalam sepekan saham ini melemah 4,46%, sebulan terakhir harganya meningkat 137% dan sejak awal tahun telah tumbuh hingga 438%.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Neo Luncurkan Smart Branch di PIK, Apa Kelebihannya?