Analisis

Asabri Out, BBYB di Bawah Akulaku-Jack Ma, Gimana Prospeknya?

Putra, CNBC Indonesia
25 August 2021 12:45
FILE - In this May 15, 2019, file photo, founder of Alibaba group Jack Ma arrives for the Tech for Good summit in Paris. (AP Photo/Thibault Camus, File)
Foto: AP/Thibault Camus

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti di bawah Rp 5 triliun) yakni PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) bergerak liar sejak akhir Juli lalu. Pasar menyambut positif persetujuan pengambilalihan BBYB oleh Akulaku sebagai pengendali utama.

Seperti yang diketahui bersama, Akulaku merupakan fintech lending yang disuntik oleh Ant Financial milik konglomerat China yang namanya sudah tak asing lagi, Jack Ma.

Akulaku resmi menjadi pengendali BBYB sebagaimana tertuang dalam keterbukaan yang dipublikasikan pada 29 Juli lalu oleh pihak manajemen kepada OJK.

Untuk diketahui, BBYB sebelumnya bernama PT Bank Yudha Bakti Tbk yang dikendalikan oleh perusahaan asuransi pelat merah PT Asabri (Persero) dan PT Gozco Capital. Pada Kuartal I-2019 kepemilikan Asabri di saham BBYB masih di atas 20%.

Namun Asabri terus melakukan aksi penjualan sehingga per 9 Agustus 2021 kepemilikannya tersisa 5,62%. Aksi jual pun terus dilanjutkan Asabri hingga posisi terakhir disebut kepemilikannya di BBYB tersisa hanya 0,53%.

Sejatinya tepat sehari sebelum pengambilalihan diumumkan saham BBYB masih ditutup di Rp 545/unit.

Relatif 'anteng' jika dibandingkan tren sideways-nya sejak akhir Maret lalu. Namun setelah pengumuman perubahan pengendali, harga saham BBYB bergerak liar dan sempat mencapai rekor tertingginya secara intraday di Rp 1.965/unit pada hari ini sebelum ditutup di Rp 1.830/unit.

Artinya hanya dalam hitungan kurang dari satu bulan capital gain yang diperoleh dari saham BBYB mencapai 236%. Pergerakan liar harga saham BBYB sempat membuat otoritas bursa memelototi saham ini dan memberikan 'tanda khusus' berlabel UMA (unusual market activity).

Kini saham BBYB sudah dikendalikan oleh Akulaku yang artinya sudah masuk ke dalam portofolio milik Jack Ma.

Lantas bagaimana prospek saham BBYB ke depan di bawah tangan dingin sang crazy rich China yang terus menerus dijegal oleh pemerintah negaranya?

Tapi sebelum itu, perlu diketahui bahwa mulai perdagangan Rabu pagi ini saham BBYB disuspensi oleh BEI karena pergerakan harga sahamnya signifikan.

Oke, mari kita ulas.

BBYB belum merilis laporan keuangan kuartal keduanya, akan tetapi di kuartal pertama tercatat BBYB mencetak rugi bersih Rp 50 miliar. Sedangkan aset tercatat di angka Rp 5,74 triliun dengan liabilitas sebesar Rp 4,67 triliun sehingga ekuitasnya mencapai Rp 1 triliun.

Akan tetapi perlu dicatat ekuitas BBYB saat ini tentunya lebih dari angka di kuartal 1 ini karena BBYB baru saja merampungkan aksi korporasi rights issue (penerbitan saham baru) untuk menambah modal inti ke atas Rp 2 triliun sesuai dengan titah OJK melalui POJK konsolidasi perbankan.

Pasca-rights issue modal BBYB berpotensi untuk bertambah hingga Rp 250 miliar dari dana rights issue yang berhasil dikumpulkan.

Selanjutnya investor dari Akulaku yang merupakan pengendali BBYB, Jack Ma merupakan salah satu pebisnis sukses dunia asal Negeri Tirai Bambu.

Hal ini terbukti dari kesuksesannya membesarkan Alibaba yang awalnya hanya bisnis e-commerce kini menjelma menjadi konglomerat teknologi yang tidak hanya berada di lini bisnis perdagangan saja tetapi juga sudah memiliki lini bisnis lain seperti cloud computing (komputasi awan) dan digital entertainment.

Alibaba Group juga gencar berekspansi ke luar negeri. Lewat sayap keuanganya yaitu Ant Financial yang berburu start up untuk mengucurkan pendanaanya, kini footprint bisnis Jack Ma sudah menggurita. Beberapa yang terkenal antara lain Lazada yang berbasis di Singapura dan Trendyol E-Commerce di Turki.

Apalagi perlu diingat, Jack Ma bukan merupakan 'pemain' baru di bisnis bank digital. Melalui Ant Financial, Jack Ma mengendalikan 30% saham MyBank yang menjadi salah satu perbankan Full Digital di China.

Bahkan berbeda dengan bank-bank digital lokal, MyBank sudah mampu membukukan laba bersih dengan rasio profitabilitas pengembalian atas ekuitas (ROE) mencapai 16% di atas perbankan konvensional yang hanya ber ROE sekitar 10%.

Tercatat pada tahun 2019 MyBank dan di tahun membukukan laba bersih mencapai Rp 2,9 triliun dan untuk tahun 2020 lalu memberikan target pinjaman kepada konsumer kecil-menengah mencapai US$ 282 miliar dengan rasio kredit bermasalah alias NPL (non performing loan) hanya 1,3%.

Akulaku merupakan fintech lending yang memberikan penawaran ke konsumen untuk membeli barang konsumtif lewat platform e-commerce dengan jargon buy now pay later.

Lewat fitur Akucicil pelanggan dapat membeli berbagai barang seperti handphone secara kredit. BBYB sebagai bank tentu saja akan menyalurkan kreditnya. Banyak bank sekarang membantu menyalurkan kreditnya lewat fintech lending. Jelas sudah sinergi antara Akulaku dan BBYB.

Namun yang perlu diingat, jangkar bisnis Jack Ma di Indonesia tidak hanya di Akulaku. Banyak startup lain yang juga ikut menikmati pendanaan dari crazy rich asal China tersebut.

Sebut saja Lazada di bidang e-commerce dan J&T Express di bidang logistik.

Coba bayangkan saja jika kemitraan antara entitas tersebut terus digeber. Ekosistem digital akan semakin terbentuk dan potensi monetisasi bisnis akan semakin kencang.

BBYB bisa menyalurkan kredit konsumtifnya lewat Akulaku di mana konsumen bisa membeli produk yang diinginkan lewat Lazada dan menggunakan jasa logistik J&T Express.

Di saat yang sama BBYB juga bisa menawarkan produk dan solusi perbankan terutama untuk layanan transaksional kepada nasabah. Hal ini bisa menjadi salah satu strategi ciamik BBYB untuk meraup dana murah dari nasabah yang berakibat pada turunnya Cost of Fund (CoF).

Dengan konsumen kelas menengah yang terus bertumbuh dan jumlahnya masif kredit konsumtif bisa menjadi motor pertumbuhan yang menawarkan yield tinggi.

Racikan strategi ini jika diimplementasikan dengan tepat dan prudent secara risk management akan ditranslasikan menjadi profitabilitas yang menggiurkan juga tentunya. Inilah prospek BBYB jika ditinjau secara bisnis.

Meskipun demikian sejatinya gerak-gerik Jack Ma serta kendaraan bisnisnya di dalam dan luar China saat ini sangatlah terbatas mengingat suara vokalnya terhadap pemerintah China menyebabkan dirinya seringkali 'dibredel' oleh pemerintahan Presiden China, Xi Jinping.

Maka dari itu kesuksesan kerajaan bisnis Alibaba Grup akan sangat tergantung oleh apakah Jack Ma dan Pemerintah China akan harmonis ke depannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Akulaku Jack Ma Jadi Pengendali Bank Neo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular