
Kabar Gembira! Sektor Properti Bangkit, Ini Tanda-tandanya

Meski satu emiten masih mengalami kerugian bersih, empat emiten lain menunjukkan kinerja laba yang cukup baik, khususnya BDSE yang mampu membalikkan keadaan dari semula mengalami kerugian bersih yang cukup besar kini membukukan laba bersih.
Secara total agregat kelima emiten tersebut berhasil membukukan laba bersih Rp 1,61 triliun meski dibebani oleh kerugian yang dialami LPKR. Angka ini mengalami perbaikan signifikan dari total agregat kerugian Rp 393 miliar pada Juni tahun lalu
Perbaikan kinerja laba tidak hanya ditopang oleh tumbuhnya pendapatan, perusahaan melakukan berbagai cara untuk supaya neraca keuangan tetap positif. Langkah yang diambil pun bermacam-macam mulai dari menekan beban usaha sekeras-kerasnya hingga merestrukturisasi jumlah karyawan agar perusahaan tetap ramping.
![]() Kinerja laba lima emiten ritel (sumber: Lapkeu masing-masing emiten/BEI) |
Perbaikan signifikan dibukukan oleh BSDE yang semula mengalami kerugian Rp 193 miliar kini berbalik menjadi untung Rp 680 miliar, yang mana laba bersih ini juga merupakan angka terbesar dari empat emiten lain. Perusahaan mampu melakukan penghematan biaya beban usaha umum dan administrasi yang turun menjadi Rp 549 miliar dari semula Rp 614 miliar.
Kinerja ini sangat impresif mengingat perolehan laba bersih perseroan yang terkoreksi hampir 90% menjadi Rp 281,7 miliar sepanjang tahun 2020 lalu dari tahun 2019 sebesar Rp 2,79 triliun.
Ciputra Group mampu membukukan kenaikan pendapatan sebesar 186% menjadi Rp 483 miliar dari semula Rp 169 miliar.
Selanjutnya terdapat dua emiten yang membukukan laba bersih akan tetapi jumlahnya menurun dari paruh pertama tahun lalu. Pertama Pakuwon Jati yang meskipun mengalami kenaikan pendapatan 25% enam bulan pertama tahun ini, laba bersih perusahaan malah terkoreksi 4%, turun menjadi Rp 464 miliar dari semula Rp 482 miliar.
Selanjutnya ada LPCK yang meski pendapatannya menyusut 40% masih mampu membukukan laba sebesar Rp 246 miliar. Akan tetapi laba bersih ini turun 39% dari periode yang sama tahun lalu ketika perusahaan mampu mencatatkan laba bersih mencapai Rp 400 miliar.
Terakhir adalah Lippo Karawaci, satu-satunya emiten properti yang masih mengalami kerugian bersih sejumlah Rp 263 miliar, angka ini sebenarnya mengalami perbaikan signifikan atau berkurang 79% dari kerugian paruh pertama tahun lalu yang mencapai Rp 1,25 triliun. Kenaikan pendapatan yang mencapai 34% pada semester pertama tahun ini belum mampu membuat perusahaan memperoleh laba bersih.
(hps/hps)[Gambas:Video CNBC]