Akur! Duet Old & New Economy Bikin IHSG Hijau

Putra, CNBC Indonesia
30 August 2021 10:24
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di awal perdagangan dengan depresiasi 0,12% ke level 6.110,55. Selang 22 menit IHSG masih menghijau 0,66% ke level 6.082,33  setelah sempat terbang 1% ke level 6.100 pada perdagangan Senin (30/8/21) merespons Simposium Jackson Hall Jumat pekan lalu.

Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 1,7 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 33 miliar di pasar reguler.

Berikut saham-saham yang berhasil mengerek IHSG hingga sempat melesat 1%

Terpantau pada perdagangan hari ini penggerak pasar datang dari saham-saham konvensional (old economy) dan saham-saham digital dan teknologi (new economy).

Dari New Economy muncul nama bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO) di posisi pertama yang naik 2,9% dan mengerek indeks 4,39 poin dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang melesat 2,38% dan menarik indeks hingga 2,56 poin yang berada di posisi ke empat.

Sedangkan untuk saham-saham raksasa konvensional muncul nama PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi kedua yang menghijau tipis 0,46% dan melesatkan indeks 3,3 poin. Selanjutnya ada raja otomotif PT Astra Internasional Tbk (ASII) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang terbang masing-masing 1,49% dan 0,52% dan mengerek indeks hingga 2,76 poin dan 2,2 poin.

Hasil dari Simposium Jackson Hole di AS pada hari Jumat malam mulai direspons pelaku pasar dalam negeri dimana Bos The Fed, Jerome Powell, memberikan detail kapan dan bagaimanataperingakan dilakukan.

Powell sepakat dengan mayoritas koleganya jikatapering"akan tepat dilakukan di tahun ini". Meski demikian, pasar saham AS (Wall Street) justru menguat merespons penyataan tersebut, yang berarti direspons positif oleh pelaku pasar.

Artinya, langkah The Fed untuk terus mengkomunikasikantaperingdengan pasar efektif meredam gejolak yang mungkin terjadi seperti di tahun 2013, atau yang dikenal dengan istilahtaper tantrum.

Selain itu, The Fed juga menyatakan saattaperingselesai artinya sudah tidak ada lagi QE. Hal tersebut bukan berarti langkah The Fed selanjutnya akan menaikkan suku bunga.

"Waktu mengurangi pembelian aset tidak berarti menjadi pertanda waktu kenaikan suku bunga. Keduanya merupakan hal yang berbesar secara substansial," kata Powell dalam pertemuan Jackson Hole.

Artinya, suku bunga kemungkinan masih akan ditahan di rekor terendah 0,25% dalam beberapa waktu ke depan setelah QE selesai. Hal tersebut lagi-lagi memberikan sentimen positif ke aset-aset berisiko, tetapi tidak untuk dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular