
Cek 10 Saham Ini, Bisa Cuan karena Pekan Lalu Ramai Diborong

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama pekan lalu, terdapat saham-saham teraktif atau mencatatkan nilai transaksi terbesar. Di antara saham-saham tersebut, saham perbankan tercatat mendominasi daftar 10 besar.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam seminggu lalu, IHSG terhitung menguat sebesar 0,18% atau 10,59 poin dibandingkan dengan posisi penutupan akhir pekan sebelumnya di level 6.030,772.
Dalam 5 hari perdagangan pekan ini, indeks acuan utama bursa nasional ini menguat hanya dua hari, yakni pada Senin dan Rabu. Reli terbesar terjadi pada hari Senin, yakni sebesar 1,31% sehingga melambungkan IHSG kembali ke level psikologis 6.100. Minimnya koreksi dalam 3 hari perdagangan pekan ini tak mampu membalikkan IHSG ke zona merah.
Berikut 10 besar saham dengan nilai transaksi tertinggi selama sepekan lalu.
Bank Neo Commerce (BBYB), perubahan sepekan +18,22%, ke Rp 1.590, transaksi sepekan Rp 2,4 T
Bank Central Asia (BBCA), -1,36%, ke Rp 32.550, transaksi sepekan Rp 2,3 T
Bank MNC Internasional (BABP), +7,92%, ke Rp 436, transaksi sepekan Rp 2,1 T
Bukalapak.com (BUKA), +1,16%, ke Rp 875, transaksi sepekan Rp 1,7 T
Bank Rakyat Indonesia (BBRI), -2,29%, ke Rp 3.840, transaksi sepekan Rp 1,6 T
Bank KB Bukopin (BBKP), -9,09%, ke Rp 500, transaksi sepekan Rp 1,5 T
Smartfren Telecom (FREN), +0,80%, ke Rp 126, transaksi sepekan Rp 1,3 T
Bank Jago (ARTO), -2,97%, ke Rp 15.525, transaksi sepekan Rp 1,2 T
Bank Capital Indonesia (BACA), -4,15%, ke Rp 462, transaksi sepekan Rp 1,1 T
Telkom Indonesia (TLKM), -2,35%, ke Rp 3.320, transaksi sepekan Rp 1,1 T
Menurut data di atas, dari 10 saham yang ada, 7 di antaranya merupakan saham perbankan. Dari 7 saham perbankan tersebut, ada 4 saham bank mini atau bank buku II (atau KBMI 1), yakni BBYB, BABP, ARTO, dan BACA.
Saham bank yang disokong fintech Akulaku BBYB menjadi yang paling ramai ditransaksikan selama sepekan lalu, yakni mencapai Rp 2,4 triliun. Seturut dengan itu, harga saham BBYB melesat 18,22% dalam seminggu.
Saham BBYB, bersama saham bank mini lainnya, kembali bergairah pasca-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan beleid baru soal bank digital pada 19 Agustus lalu, yakni Peraturan bernomor POJK No. 12/POJK.03/2021 yang berisi 19 bab dan 160 pasal.
Salah satu yang diatur dalam POJK bernomor adalah bank digital yang tercantum di Bab IV dalam aturan ini.
Lebih rinci, OJK membolehkan Bank Digital beroperasi hanya 1 kantor fisik sebagai Kantor Pusat. Berikutnya, Bank Digital boleh beroperasi tanpa kantor fisik atau dapat menggunakan kantor fisik yang terbatas.
Di bawah BBYB, ada saham bank dengan nilai kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di bursa milik Grup Djarum BBCA, yang mencatatkan nilai transaksi Rp 2,3 triliun dalam seminggu. Namun, harga saham BBCA malah turun 1,36% dalam sepekan di tengah 'ramainya' nilai transaksi saham tersebut.
Kabar teranyar, pada akhir Juli lalu BBCA mengumumkan rencana pemecahan nilai saham (stock split) perusahaan dengan rasio 1:5 pada Oktober tahun ini.
Hal ini dilakukan mencermati perkembangan dan dinamika ekonomi dan pasar di dalam negeri, termasuk aktivitas perdagangan di BEI.
"Sebagai bagian dari anggota bursa, kami juga berkomitmen mendorong perkembangan pasar modal tanah air, maka perusahaan memutuskan untuk melakukan aksi korporasi pemecahan saham yang beredar (stock split) guna memberikan kesempatan yang lebih luas bagi para investor ritel untuk berinvestasi di saham BCA," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, dalam siaran pers yang disampaikan, Jumat (30/7/2021).
Dalam Rapat Direksi & Komisaris BCA PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada tanggal 29 Juli 2021 telah menyetujui aksi korporasi stock split dengan rasio 1:5 (1 saham lama menjadi 5 saham baru).
Selain saham BBYB dan BBCA, saham bank Grup MNC BABP juga mencatatkan nilai transaksi yang jumbo Rp 2,1 triliun. Seiring ramainya nilai transaksi, saham BABP merangsek ke atas 7,92% dalam sepekan.
BABP akan melaksanakan penawaran umum terbatas VIII (PUT VIII) dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue pada 9 September 2021.
Dalam aksi korporasi ini, BABP akan menerbitkan sebanyak 14,23 miliar saham baru atau sebesar 33,33% dari modal, ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah terlaksananya rights issue.
Indikasi harga satu saham rights issue ada di price range antara Rp 280-Rp 320 per saham.
Dengan saham baru yang diterbitkan perseroan mencapai 14.234.614.925 saham itu, total perolehan dana yang akan diperoleh BABP dari rights issue tersebut Rp 4 triliun hingga Rp 4,5 triliun.
Seluruh dana hasil rights issue tersebut 100% akan digunakan untuk, pertama, untuk memperkuat struktur permodalan MNC Bank.
Kedua, memperluas kapasitas pinjaman MNC Bank dan akuisisi nasabah secara digital untuk mendukung pertumbuhan bisnis perseroan. Ketiga, untuk pengembangan MotionBanking sebagai aplikasi perbankan layanan digital terintegrasi.
Di posisi keempat, saham startup e-commerce pendatang baru BUKA berhasil mencatatkan nilai transaksi Rp 1,7 triliun dalam seminggu lalu. Nilai sahamnya pun berhasil naik 1,16% ke Rp 875/saham.
Informasi saja, BUKA melakukan debut pada 9 Agustus lalu dengan harga initial public offering (IPO) Rp 850/saham.
Berdasarkan data resmi BEI, jumlah saham BUKA yang dicatatkan 103.062.019.354 saham, terdiri dari saham pendiri 77.296.514.554 saham dan penawaran umum 25.765.504.800 saham.
Untuk jumlah saham penawaran umum itu setara dengan 25,0% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Adapun total dana IPO yang diraup mencapai Rp 21,9 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sayonara Mei! Ini Deretan 10 Saham Paling Laris Trading