Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali naik. Kali ini, kenaikan harga si batu hitam membukukan rekor terbaru.
Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 171/ton. Melesat 1,48% dibandingkan hari sebelumnya.
Setidaknya sejak akhir 2008, harga batu bara belum pernah mencapai US$ 170/ton apalagi melampauinya. Oleh karena itu, catatan harga akhir pekan lalu adalah rekor terbaru.
Namun investor tetap perlu waspada karena ada sejumlah hal yang berisiko membuat harga batu bara terkoreksi. Pertama, harga yang naik gila-gilaan rentan terserang aksi ambil untung (profit taking).
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara naik 1,91% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga melesat 13,89%. So, keuntungan yang bisa dicairkan memang menggiurkan.
Halaman Selanjutnya --> Jika Harga Gas Turun, Batu Bara Ikut Turun
Kedua, masalah serupa juga bisa dialami oleh harga gas alam. Seperti batu bara,harga komoditas ini juga meroket.
Dalam sepekan terakhir, harga gas alam di Henry Hub (Loisiana) naik 1,71%. Selama sebulan ke belakang, harganya naik 13,49%.
Harga gas alam yang mahal membuat dunia usaha memilih batu bara sebagai sumber energi primer pembangkit listrik. Di Eropa, biaya pembangkitan listrik bertenaga batu bara pada 23 Agustus 2021 adalah EUR 37,91/MWh sementara dengan gas alam mencapai EUR 42,1/MWh.
Namun, seperti batu bara, gas alam juga rawan tersandung profit taking karena sudah naik begitu tajam. Saat harga gas alam turun, niscaya harga batu bara akan mengalami hal serupa.
Ketiga, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) bisa menjadi faktor penekan harga batu bara. Kehadiran virus corona varian delta yang lebih menular dari sebelumnya membuat pasien positif melonjak di berbagai negara.
Akibatnya, sejumlah negara kembali mengetatkan pembatasan sosial bahkan sampai ke taraf karantina wilayah (lockdown). Australia dan Selandia Baru adalah contoh negara yang menerapkan kebijakan ini.
Lockdown akan membuat aktivitas dan mobilitas warga sangat terbatas. Perkantoran kembali sepi karena masarakat bekerja dari rumah (work from home). Jadi kebutuhan listrik di perkantoran bakal berkurang, yang bisa ikut menurunkan permintaan batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA