Tapering 2013 Bikin Harga Emas Hancur, Terulang Tahun Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 27/08/2021 13:45 WIB
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang simposium Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) komentar-komentar mengenai tapering kembali bermunculan. Kali ini dari para pejabat elit bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Pelaku pasar pun semakin penasaran, apakah benar The Fed akan melakukan tapering di tahun ini, dan menanti komentar dari ketua The Fed, Jerome Powell, saat simposium nanti yang akan dihadiri oleh pimpinan bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi finansial dari berbagai negara.

Simposium tersebut seharusnya dilakukan dengan tatap muka, tetapi lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di AS membuat acaranya berubah menjadi daring. Lonjakan kasus Covid-19 itu juga menjadi salah satu alasan pelaku pasar yang melihat The Fed tidak akan melakukan tapering di tahun ini.


Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) dapat memberikan dampak signifikan di pasar finansial global. Salah satu yang pasti terkena dampaknya adalah emas.

Pernah terjadi di tahun 2013, tapering membuat emas dunia masuk ke dalam tren bearish hingga tahun 2015. Harga emas pun hancur.

Titik terendah yang dicapai yakni US$ 1.045,85/troy ons pada 3 Desember 2015. Jika dilihat dari rekor tertinggi saat itu yang dicapai pada September 2011 US$ 1.920,3/troy ons hingga ke level terendah tersebut, artinya harga emas dunia ambrol 45,54% dalam tempo 4 tahun.

Ketakutan tersebut tentunya muncul lagi di tahun ini, sebab The Fed sudah berancang-ancang melakukan tapering. Sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus 2020 lalu, harga emas terus menurun. Salah satu penyebabnya ekspektasi tapering.

Beberapa pejabat elit The Fed sudah menyuarakan untuk melakukan tapering, jelang pertemuan Jackson Hole.

"Kita kemungkinan tidak perlu lagi melakukan pembelian aset pada titik ini," kata presiden The Fed wilayah St. Louis, James Bullard kepada CNBC International kemarin.

Bullard kembali menegaskan pilihannya untuk segara melakukan tapering QE yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan, dan mengakhiri program tersebut di awal tahun depan.

Ada lagi presiden The Fed wilayah Kansas City Ester George, kepada Fox Business mengatakan ia memperkirakan informasi detail mengenai tapering akan ada setelah rapat kebijakan moneter The Fed bulan September.

"Dengan inflasi yang kuat dan pemulihan pasar tenaga kerja yang diperkirakan berlanjut, ada peluang untuk mengurangi pembelian aset," kata George.

Ia juga lebih senang jika tapering dilakukan lebih cepat ketimbang mundur lagi.

Sementara presiden The Fed wilayah Dallas, Robert Kaplan mengatakan The Fed seharusnya mengumumkan tapering pada bulan September, dan melakukannya di bulan Oktober atau tidak jauh dari pengumuman, dan diselesaikan dalam waktu 8 bulan.

Meski demikian, para pelaku pasar juga menanti sinyal dari ketua The Fed Jerome Powell saat pertemuan Jackson Hole nanti.

Tapering memang akan membuat harga emas tertekan, tetapi kali ini justru banyak yang melihat emas masih punya kesempatan melesat.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> BofA dan "Raja Obligasi Prediksi Emas Terbang Tinggi


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel, Saham Emas Kembali Jadi Incaran Pasar

Pages