Pasar Lagi Kacau! Harga Emas Ambrol 4% Lebih

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 December 2021 14:00
Gold bars are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder Foto: Emas batangan dan koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar emas sedang kacau. Arah pergerakan tidak jelas khususnya di pekan ini. Beberapa kali emas dunia melesat naik, tetapi secara tiba-tiba langsung berbalik nyungsep.

Tekanan bagi emas paling besar datang dari bank sentral Amerika Serikat (AS) yang kemungkinan mempercepat normalisasi kebijakan moneternya. Sementara ketidakpastian masa depan perekonomian global akibat virus corona varian Omicron membuat daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven) meningkat.

Melansir data Refinitiv, harga emas dunia sepanjang pekan ini melemah 0,45%. Dengan demikian, logam mulia ini dan sudah merosot dalam 3 pekan beruntun dengan persentase 4,3%.

xau

The Fed resmi mengumumkan mulai melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya mulai November lalu. Dengan nilai QE sebesar US$ 120 miliar, butuh waktu 8 bulan untuk menyelesaikannya. Artinya, tapering akan berakhir pada bulan Juni tahun depan.

Namun dalam beberapa pekan terakhir banyak pejabat elit The Fed yang mendorong tapering dilakukan lebih cepat guna meredam tingginya inflasi. Chairman The Fed Jerome Powell di pekan ini mengatakan bisa mempercepat laju tapering.

"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11).

Ketika tapering dipercepat, suku bunga juga kemungkinan akan naik lebih awal. Hal tersebut memberikan pukulan telak bagi emas.

Di sisi lain, bagaimana dampak virus Omicron ke perekonomian global masih belum jelas. Namun, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan penyebaran Omicron dapat memicu pelambatan ekonomi.

"Tentu harapannya, ini bukan sesuatu yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan," katanya soal varian yang pertama kali terdeteksi di Boswana dan Afrika Selatan (Afsel) itu, dikutip Reuters, Jumat (3/12/2021).

"Ada banyak ketidakpastian. Itu bisa menyebabkan masalah yang signifikan. Kami masih mengevaluasi itu."

Ia berujar Omicron bisa memperburuk hambatan rantai pasokan yang kini masih terjadi dan melambungkan inflasi. Tapi, ini juga bisa menekan permintaan dan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih lambat.

Masalah inflasi yang tinggi melanda banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Seperti disebutkan sebelumnya, The Fed berencana mempercepat normalisasi kebijakan moneternya guna meredam inflasi. Tetapi ketika rencana itu muncul pasar tenaga kerja AS justru melambat.

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP) hanya sebanyak 210.000 orang di bulan November, sangat jauh di bawah ekspektasi Dow Jones sebesar 573.000 orang.

Data NFP tersebut mengalami pelambatan yang signifikan jika dibandingkan bulan sebelumnya 546.000 orang.

Ketika dukungan dari stimulus moneter dikurangi, aktivitas perekonomian juga berisiko mengendur. Maka pasar tenaga kerja terancam semakin melambat. Alhasil, perekonomian AS kini dalam situasi yang rumit, belum lagi dengan Omicron yang menambah ketidakpastian.

Harga emas diuntungkan dengan rumitnya situasi tersebut, terbukti pada perdagangan Jumat kemarin harganya mampu melesat. Tetapi mengingat pasar sedang kacau dan tak tentu arah, berlanjutnya kenaikan harga emas masih menjadi tanda tanya.

Survei mingguan yang dilakukan Kitco juga menunjukkan terbelahnya pendapat kemana emas akan melangkah di pekan depan.

Dari 14 analis di Wall Street yang disurvei, sebanyak 4 orang memperkirakan harga emas akan naik di pekan depan (bullish), sementara 5 orang memprediksi akan turun (bearish) dan 5 orang lagi netral.

Tidak ada pendapat mayoritas dalam survei tersebut, yang menjadi indikasi arah pergerakan emas masih belum jelas.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Posisi Spekulatif Beli Emas Meroket 66%, Pertanda Apa Ini?


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading