
Pascabanjir Singapura, Kurs Dolarnya Terus Menanjak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura tak goyah meski negaranya diterjang banjir Selasa lalu. Hingga perdagangan Kamis (26/8/2021) dolar Singapura terus menguat melawan rupiah.
Pada pukul 13:33 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.654,84, dolar Singapura menguat 0,15% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Jika dipertahankan hingga penutupan perdagangan nanti, artinya dolar Singapura tidak pernah melemah dalam 5 hari perdagangan, dan berada di level tertinggi 3 pekan.
Selasa lalu, beberapa wilayah di Singapura mengalami banjir. Menurut Badan air nasional (PUB) setempat, ini terjadi akibat derasnya hujan di negeri itu.
Curah hujan terberat terjadi di Singapura bagian barat, 159,8 mm, di Jalan Bukit Panjang dari pukul 07.50 hingga 10.40 pagi. Badan itu mengeluarkan peringatan bahaya banjir di beberapa lokasi termasuk di kawasan Upper Bukit Timah, Woodlands dan Sunset Drive.
"Ada hujan deras yang berkepanjangan," kata PUB dalam facebooknya.
"Ini sesuai dengan 109% curah hujan bulanan rata-rata Singapura pada Agustus, dan berada di dalam 0,5% teratas dari catatan curah hujan harian maksimum sejak 1981."
Foto dan video yang beredar di media sosial juga memperlihatkan bagaimana Jalan Dunearn bak menjadi sungai karena air, dari Sime Darby hingga Taman Binjai. PUB mengatakan banjir bandang ini terjadi sekitar pukul 10.10 pagi dan menyebabkan lalu lintas terhenti.
![]() Banjir Singapura ( Ist Tangkapan Layar Youtube) |
Ini merupakan kali kedua di tahun ini banjir menerjang jalan Dunearn, sebelumnya pernah terjadi pada 17 April lalu, juga karena hujan lebat.
Sementara itu jelang pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) besok, rupiah kurang jadi favorit, sehingga terus melemah melawan dolar Singapura.
Sebabnya, sebab ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan.
Jika tapering terjadi dalam waktu dekat, maka aliran modal akan keluar dari Indonesia menuju Amerika Serikat, hal itu dapat memukul rupiah. Tetapi Jika tapering tidak dilakukan dalam waktu dekat, rupiah yang dianggap aset berisiko tetapi memiliki imbal hasil tinggi akan kembali menguat.
"Kami pikir investor akan menunggu untuk mendengar tapering dari Jerome Powell pada hari Jumat, sebelum kembali masuk ke aset-aset berisiko lagi," tulis ahli strategi dari ING dalam catatan kepada nasabahnya yang dikutip CNBC International, Selasa (24/8/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
