
Kena 'Badai' Profit Taking, IHSG Merah Sendirian di Asia!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan depresiasi 0,33% ke level 6.089,49 pada perdagangan Selasa (24/8/21) di tengah bursa kawasan Benua Kuning yang mayoritas sukses menghijau.
Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 13 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 76 miliar di pasar reguler. Sementara di pasar nego dan tunai asing keluar Rp 102 miliar.
Bursa Asia menguat di antaranya Nikkei 225 naik 0,87%, Hang Seng melesat 2,46%, Shanghai Composite juga naik 1,07% dan STI Singapura juga menguat 0,70%.
Asing melakukan pembelian di saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) sebesar Rp 100 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 175 miliar.
Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang dilego Rp 71 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual Rp 66 miliar.
Pelaku pasar di bursa nasional merealisasikan keuntungan mereka di tengah apresiasi di mayoritas bursa kawasan Asia, setelah kemarin IHSG menguat di tengah kian terkendalinya penyebaran virus Covid-19, sebagaimana terlihat dari data Kementerian Kesehatan per Senin (23/8/2021).
Senin kemarin, IHSG melesat 1,3% menjadi 6.109,83 dengan pembelian bersih (net buy) asing sebesar Rp 12,4 triliun.
Kasus Covid-19 bertambah 9.604 orang, sehingga totalnya menjadi 3,989 juta orang. Selama sepekan, kasus Covid-19 tercatat bertambah 133.507 orang, atau turun 30% dari pekan sebelumnya. Angka kematian bertambah 842 orang, menjadi yang terendah sejak 16 Juli 2021.
Dari sentimen global, pelaku pasar memantau arah kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan melakukan pengurangan pembelian obligasi (tapering) yang selama ini dilakukannya untuk memacu perputaran uang dengan cara membanjiri pasar dengan likuiditas.
Dari sisi data ekonomi, pasar mencermati rilis pertumbuhan ekonomi Jerman pada kuartal II-2021 yang tercatat tumbuh 1,6%. Pertumbuhan itu sedikit lebih baik dari ekspektasi pemerintah sendiri yang semula hanya memperkirakan angka 1,5%.
Investor juga terus memantau perkembangan situasi di Afghanistan.Reutersmelaporkan bahwa pemimpin tujuh negara maju yang tergabung di G-7 (Group of Seven) akan bertemu untuk membuat keputusan bersama untuk mengakui pemerintahan Taliban atau tidak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham