Review

Bersiap! Deretan Bank Mini Ini Bakal Punya Investor Baru

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
23 August 2021 11:42
Bank Bumi Arta (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten bank mini alias bank BUKU II (atau bank KBMI 1) tercatat sedang bersiap-siap menambah modal dan berusaha menggaet mitra baru.

Tujuan menambah modal dan masuknya investor baru tersebut, terutama, berkaitan dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan modal inti bank mencapai Rp 2 triliun tahun ini dan Rp 3 triliun pada tahun depan.

Sebagai informasi, OJK tak lagi mengelompokkan bank berdasarkan BUKU (bank umum kelompok usaha), diganti dengan Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI berdasarkan POJK nomor 12 /POJK.03/2021 tentang Bank Umum yang baru dirilis Kamis (19/8) dan diteken sejak 30 Juli 2021.

Berikut ini sejumlah bank mini yang sedang menjajaki masuknya dan sempat dirumorkan akan diakuisisi oleh investor baru.

1. PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA)

Dalam dokumen paparan publik yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (19/8) pekan lalu, manajemen BNBA akan segera mengumumkan informasi resmi berkaitan dengan divestasi perusahaan dalam rangka konsolidasi perbankan.

Perseroan menyatakan pihaknya sedang dalam proses finalisasi untuk memenuhi ketentuan konsolidasi bank atau penambahan modal inti sesuai aturan OJK.

"Secara paralel sedang dipersiapkan sehingga diharapkan sebelum akhir tahun BNBA dapat memenuhi ketentuan OJK tersebut," tulis manajemen BNBA, dikutip Jumat (20/8).

"Jadi antara lain proses audit [laporan keuangan] Juni 2021 tersebut diperuntukkan agar bisa jelas posisi pada saat nanti terjadi konsolidasi bank yang sedang difinalkan dalam waktu dekat," kata manajemen, dalam konteks menjawab pertanyaan soal kenapa laporan keuangan kuartal II-2021 memerlukan audit.

Manajemen menegaskan, BNBA sedang berusaha terus untuk finalisasi rencana divestasi saham BNBA tersebut dan dalam beberapa saat akan diumumkan secara resmi.

"Pada Kamis kemarin masih belum dapat diinformasikan karena masih dalam proses dan belum final," tulis manajemen BNBA.

"Manajemen akan menempuh atau memilih keputusan yang benar-benar untuk keputusan bersama yakni dari pemegang saham, masyarakat seluruh pemangku kepentingan dari BNBA. Diharapkan setelah selesai proses final konsolidasi tersebut BNBA akan bisa lebih mau dan dapat terus berkiprah di dunia perbankan Indonesia," tulis manajemen BNBA.

Sebelumnya, pada 24 Februari lalu, manajemen BNBA telah menampik kabar adanya proses akuisisi Bank Bumi Arta oleh Sea Group, induk dari Shopee.

2. PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD)

Pemegang saham utama BSWD, Bank of India, diketahui akan melepas seluruh kepemilikannya sahamnya di bank ini.

Rencana divestasi bank eks Bank Swadesi ini akan disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan digelar pada 7 September 2021 mendatang.

Berdasarkan panggilan RUPSLB yang disampaikan BSWD, terdapat dua agenda rapat yang akan dibahas dalam RUPSLB nanti. Pertama adalah pelepasan seluruh saham perusahaan oleh Bank of India sebesar 76% dan perubahan susunan pengurus perusahaan.

Bank of India memiliki sebanyak 76% saham alias sebagai pemegang saham pengendali.

Kepemilikan itu setara dengan 1.055.488.000 saham. Dengan asumsi harga saham BSWD di level Rp 1.750/saham, maka potensi dana divestasi mencapai Rp 1,85 triliun.

Seiring dengan rencana divestasi tersebut, Grup Emtek PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sempat dirumorkan akan mengakuisisi BSWD.

Namun, kabar tersebut telah ditepis pihak EMTK melalui keterbukaan informasi di BEI, Jumat (20/8) pekan lalu.

"[S]aat ini Perseroan tidak memiliki rencana untuk mengakuisisi Bank of India Indonesia (BSWD)," jelas Corporate Secretary EMTK Titi Maria Rusli, dikutip CNBC Indonesia, Senin (23/8).

Pada 7 Februari 2018 silam, perusahaan ini telah menyampaikan rencananya untuk melakukan penghapusan pencatatan saham (delisting) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kala itu disebutkan bahwa alasan dilakukannya delisting ini adalah karena permintaan dari pemegang saham.

Manajemen BSWD mengungkapkan bahwa rencana delisting tersebut tidak ada kaitannya dengan kinerja perusahaan.

NEXT: Ada Bank Capital hingga Bank Maspion

3. PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA)

BACA berencana menggelar Penawaran Umum Terbatas IV (PUT IV) melalui penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue sebanyak-banyaknya 20 miliar saham.

Mengacu pada keterbukaan informasi yang dipublikasikan BACA, nilai nominal rights issue tersebut sebesar Rp 100 per saham. Untuk aksi korporasi ini, manajemen BACA akan meminta restu para pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada Rabu, 25 Agustus mendatang.

Menurut penjelasan manajemen BACA, dana hasil rights issue akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan.

Belum diketahui siapa investor baru yang akan masuk untuk memperkuat permodalan BACA. Sebelumnya, BACA sempat dikabarkan akan dibeli oleh induk e-commerce Shopee Sea Group Pada Februari lalu. Sea Group dirumorkan tertarik mengembangkan Capital Net milik perseroan yang telah digunakan pelanggan sejak 2019.

Namun akhirnya SEA Ltd mencaplok Bank Kesejahteraan Ekonomi (Bank BKE) yang kemudian menjadi Bank Seabank Indonesia.

4. PT Bank Ganesha Tbk (BGTG)

Bank Ganesha juga berencana memenuhi kewajiban pemenuhan modal inti dengan menambah modal melalui injeksi dana dari pemegang saham pengendali perseroan.

Pada 22 Juli 2021, PT Equity Development Investment Tbk (GSMF), yang merupakan pemegang saham pengendali BGTG, telah melakukan keterbukaan informasi mengenai rencana rights issue.

Jumlah saham yang rencananya akan diterbitkan mencapai 10,1 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100/saham. Angka tersebut senilai 135,48% dari modal yang ditempatkan penuh dan disetor penuh.

Menurut penjelasan manajemen, penggunaan dana hasil rights issue tersebut, salah satunya, adalah untuk meningkatkan investasi saham GSMF di BGTG.

Saat ini, pihak BGTG masih menunggu pelaksanaan rights issue tersebut yang harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dalam RUPST, yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 2021.

Menurut pemberitaan media massa, pihak BGTG juga sempat mempertimbangkan soal kemungkinan masuknya investor strategis dalam usaha untuk memenuhi ketentuan modal inti seperti yang dimaksud di atas.

5. PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS)

Emiten bank milik pengusaha nasional Alim Markus, BMAS, sudah mendapat restu pemegang saham untuk melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 2,28 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Investor Thailand, Kasikorn Vision Company dipastikan akan menyerap rencana penambahan modal melalui HMETD Bank Maspion sebanyak-banyaknya 2,28 miliar saham baru. Hal itu sudah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 8 April 2021 di Surabaya, Jawa Timur.

Belum ditetapkan harga pelaksanaan rights issue ini, namun, CNBC Indonesia sebelumnya mencatat, jika mengacu pada pergerakan harga saham BMAS rata-rata di kisaran Rp 1.370 sampai dengan Rp 1.610 per saham, maka dari rights issue ini, diperkirakan perseroan akan meraih dana sebesar Rp 3,13 triliun sampai dengan Rp 3,68 triliun.

Adapun kabar terbaru, pada 13 Juli lalu, pihak Bank Maspion mengumumkan rencana perubahan struktur dan perpanjangan waktu rights issue hingga waktu yang belum ditentukan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular