Asing Borong Saham Rp 293 M, IHSG Sukses Balik ke 6.000-an

Putra, CNBC Indonesia
Jumat, 20/08/2021 15:37 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan akhir pekan dengan apresiasi 0,64% ke level 6.030,77 pada perdagangan Jumat (20/8/21) pasca rilis data transaksi berjalan Indonesia.

Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 13,5 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 293 miliar di pasar reguler.

Asing melakukan pembelian di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 402 miliar dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp 197 miliar.


Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang dilego Rp 52 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual Rp 63 miliar.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan, NPI pada kuartal II-2021 berada di posisi defisit US$ 450 juta. Memburuk dibandingkan kuartal sebelumnya yang surplus luar biasa hingga mencapai US$ 4,06 miliar.

NPI terdiri dari dua pos besar yaitu transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial.

Transaksi berjalan menggambarkan arus masuk-keluar devisa yang datang dari ekspor-impor barang dan jasa, pendapatan primer, serta serta pendapatan sekunder. Keluar masuk devisa di pos ini lebih stabil ketimbang pos transaksi modal dan finansial yang cepat datang dan pergi.

Sehinggacurrent accountakan memberikan dampak yang cukup besar ke pergerakan rupiah.

Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang besar tidak mampu ditutup oleh pos transaksi modal dan finansial yang surplus US$ 1,92 miliar pada kuartal II-2021.

Sementara transaksi berjalan mengalami defisit US$ 2,23 miliar atau 0,77% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yang minus US$ 1,06 miliar (0,38% PDB).

Meski transaksi berjalan mengalami defisit dalam 2 kuartal beruntun, tetapi hal tersebut memberikan gambaran roda perekonomian dunia yang kembali berputar. Dibandingkan ketika surplus pada kuartal III dan IV-2020, saat itu roda perekonomian nyaris terhenti akibat penerapan pembatasan sosial hinggalockdowndi berbagai negara.

Apalagi jika transaksi berjalan ditelisik sedikit lebih dalam, transaksi perdagangan barang sebenarnya membukukan surplus, bahkan cukup besar yaitu mencapai US$ 8,09 miliar. Naik dibandingkan kuartal I-2021 yang surplus US$ 7,63 miliar.

Namun surplus tersebut langsung hangus oleh defisit di neraca pendapatan primer yaitu minus US$ 8,14 miliar. Defisit ini lebih dalam ketimbang kuartal I-2021 yakni minus US$ 6,75 miliar.

"Defisit neraca pendapatan primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi berupa dividen seiring perbaikan kinerja korporasi pada periode laporan," sebut laporan BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat