
'Jurus' BI Masih Kalah Dari Isu Tapering, Rupiah Keok Lagi

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Langkah ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 Agustus 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat soal itu, tidak ada dissenting opinion.
Saat ini, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah menjadi fokus utama MH Thamrin.
"Rupiah sampai 18 Agustus 2021 untuk ytd melemah 2,24% dibandingkan akhir 2020," ungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (19/8/2021)
"Tapi kalau dibandingkan dengan sejumlah negara depresiasi rupiah lebih rendah dibanding Filipina, Malaysia dan Thailand," jelasnya.
Sementara dibandingkan bulan lalu, nilai tukar rupiah perlahan menguat, yaitu sebesar 0,36%. Ini dikarenakan cukup derasnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri.
"Penguatan nilai tukar rupiah didorong aliran masuk modal asing dan menurunnya ketidakpastian global," terang Perry.
BI tetap memastikan menjaga nilai tukar rupiah bergerak sesuai fundamentalnya. Sederet kebijakan dipersiapkan bila ada gejolak pada nilai tukar.
Meski mempertahankan suku bunga, BI berkomitmen menjaga kecukupan likuiditas di perekonomian nasional. Ini dilakukan dengan injeksi likuiditas atau quantitative easing.
"Di pasar keuangan, kondisi likuiditas tetap longgar. Bank Indonesia akomodatif dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode Agustus 2021, Kamis (19/8/2021).
Sepanjang tahun ini, lanjut Perry, quantitative easing yang dilakukan bank sentral mencapai Rp 114,5 triliun per 16 Agustus 2021. Selain itu, BI juga masih melakukan pembelian obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN).
"Bank Indonesia juga melakukan pembelian SBN dari pasar perdana sesuai kesepakatan dengan Kementerian Keuangan sebagai implementasi UU 2/2020. Pada 2020 nilainya Rp 131,6 triliun, terdiri dari Rp 56,5 triliun dari lelang utama dan sisanya dari green shoe options," ungkap Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
