
Singapura Ternyata 'Penguasa' Bukalapak, GoTo hingga Shopee!

GIC dan Temasek saat ini secara rutin dan aktif melakukan penetrasi ke banyak perusahaan baik itu secara global maupun di regional Asia Tenggara.
Investasi ini termasuk kepada perusahaan rintisan Tanah Air, khususnya yang bergerak di bidang teknologi yang meramaikan ekonomi digital.
Jejak investasi GIC di Indonesia dapat dilihat dari kepemilikan saham di PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Sedangkan investasi Temasek di Indonesia termasuk di Tokopedia, Gojek dan perusahaan rintisan asal Singapura yang memiliki gurita bisnis di Indonesia, Grab.
Pada 5 Agustus lalu, data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, GIC resmi melakukan pembelian saham Bukalapak sebanyak 1.600.797.400 atau setara dengan 1,553% modal disetor dan ditempatkan Bukalapak.
Pembelian dilakukan pada harga Rp 850/saham dengan total dana yang dikucurkan mencapai Rp 1,36 triliun. Bukalapak adalah e-commerce yang disokong Grup Emtek (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk/EMTK) dan mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) dengan terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia yakni Rp 22 triliun, dengan harga IPO Rp 850/saham.
Sebelumnya, pemerintah Singapura dan otoritas MAS sudah telah memiliki saham Bukalapak sebanyak 9,447%, bukan lewat GIC, melainkan lewat melalui Archipelago Investment Pte. Ltd.
Atas transaksi saham terbaru pada 5 Agustus lalu itu, maka jumlah saham yang dimiliki pemerintah Singapura menjadi 11,33 miliar saham atau 11,001% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh Bukalapak.
Sebelum melakukan investasi di Bukalapak, GIC lebih dulu menanamkan modal di Bank Jago, bank yang juga milik Gojek.
GIC resmi memegang 9,12% saham Bank Jago melalui skema rights issue atau penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang selesai pada pertengahan Maret lalu.
Transaksi ini terjadi ketika Bank Jago menerbitkan 3 miliar saham baru di harga eksekusi Rp 2.350 per saham yang mana PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Gopay atau PT Dompet Karya Anak Bangsa (anak usaha Gojek) tidak melaksanakan kewajibannya secara penuh, dan melimpahkan kuotanya kepada GIC.
GIC dikabarkan merogoh kocek sampai Rp 3,15 triliun untuk mengeksekusi HMETD sebanyak 1,19 miliar unit.
GoTo
Di GoTo, perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia, juga tidak lepas dari aliran dana investasi dari pemerintah Singapura. Jika Bukalapak dan Bank Jago disokong GIC, GoTo punya Temasek yang menjadi salah satu pendananya.
Terakhir kali, Temasek dan Google dikabarkan sepakat untuk menyuntikkan dana ke Tokopedia senilai US$ 350 juta atau setara Rp 5,13 triliun (asumsi Rp 14.630/US$). Informasi ini beredar pada Oktober 2020 lalu.
Sementara itu, Temasek dan Google juga menjadi investor di Gojek, startup ride hailing berstatus decacorn (startup dengan valuasi di atas US$ 10 miliar).
Temasek berkali-kali disebut sebagai pemegang saham terbesar di Gojek. Reuters pada Januari 2018 menyebut Temasek kembali menyuntikkan modal ke Gojek.
Temasek menggunakan beberapa sayap investasi yang tercatat sebagai pemegang saham Gojek, yakni Gamvest Pte Ltd dan Anderson Investment Pte Ltd.
NEXT: Sokongan ke Grab, Ada Sea Group
(tas/tas)