Siapa Investor di Balik Biotis Pembuat Vaksin Merah Putih?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
18 August 2021 16:40
Konferensi Pers Penyerahan Sertifikat CPOB kepada PT Biotis secara virtual, Rabu (18/8/2021).
Foto: Konferensi Pers Penyerahan Sertifikat CPOB kepada PT Biotis secara virtual, Rabu (18/8/2021) (Foto: tangkapan layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Vaksin Covid-19 Merah Putih yang dikembangkan oleh Universitas Airlangga dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia siap diproduksi massal pada semester 1-2022.

Dengan ini, PT Biotis menjadi perusahaan swasta farmasi pertama di Indonesia yang mengembangkan vaksin. Biotis juga menjadi perusahaan farmasi kedua setelah holding BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero)--induk PT Indofarma Tbk/INAF dan PT Kimia Farma Tbk/KAEF, yang mengembangkan vaksin di Tanah Air.

Sebenarnya, siapa investor di balik PT Biotis Pharmaceutical ini?

Menurut penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, Biotis Pharmaceutical adalah bagian dari PT Biotis Prima Agrisindo.

Hal ini, salah satunya, terungkap lewat penjelasan dari CEO Biotis Prima Agrisindo, FX Sudirman di tengah kunjungan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro kala itu ke fasilitas pabrik vaksin Biotis Prima Agrisindo, pada 16 Oktober 2020.

"Kami sudah mendapatkan izin industri farmasi khusus pengembangan farmasi manusia, namanya Biotis Pharmaceutical Indonesia. Memang pabrik ini didesain awalnya untuk vaksin hewan, namun melihat kebutuhan produksi vaksin manusia saat ini maka kami berikhtiar ikut serta," kata FX Sudirman dilansir Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik Kemenristek/BRIN, pada 16 Oktober 2020, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (18/8/2021).

Sementara, Biotis Prima Agrisindo adalah perusahaan yang mulai didirikan pada 2017 dan awalnya bergerak di bidang vaksin hewan. Perusahaan ini berlokasi di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

Biotis Prima merupakan perusahaan patungan (joint venture) hasil kerja sama antara perusahaan farmasi asal Taiwan Pharmally International Holding Company dan Harbin Weike Biotechnology Development Company.

Berdasarkan penelusuran informasi di media massa, Pharmally International menggenggam 69% saham Biotis, sementara Harbin Veterinary Institute memiliki 10%. Sementara sisanya, 21% dikuasai mitra strategis asal Taiwan dan Indonesia.

Kerja sama tersebut merupakan bagian dari proyek pabrik vaksin ternak Biotis senilai Rp 1,4 triliun di Gunung Sindur, Bogor. Pabrik ini seluas 40.000 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 5,8 hektare.

"(Biaya pabrik) Ini 100% pakai PMA [penanaman modal asing] sejumlah Rp 1,4 triliun. Dari mulai beli tanah, bangun dan mesin pabriknya," terang Direktur Biotis Prima Agrisindo, Fredy Widjaja dilansir detikFinance ketika itu, 29 November 2017.

Adapun, Pharmally International Holding Co., Ltd merupakan perusahaan di Taiwan, China, yang didirikan oleh Tony Huang pada 2013. Pharmally terdaftar di Pulau Cayman dengan kantor pusat di New Taipei City.

Perusahaan beroperasi di industri manufaktur farmasi dan obat-obatan. Pharmally berfokus pada pasar Asia dan Asia Pasifik.

Menurut penjelasan Taipei Times, mulanya Huang membeli Anhui Chaoyang Pharmaceutical Co dan mendirikan Pharmally di China pada 2013. Kemudian, Pharmally memperoleh persetujuan untuk melantai (listing) di bursa Taiwan (TWSE) pada Maret 2015.

Lalu, setahun sebelum mendirikan Biotis, pada 2016 Pharmally mendirikan Pharmbac Biological Holding di Singapura dan pada tahun yang sama terdaftar di Kepulauan Cayman.

Saat ini, menurut keterangan di situs bursa saham Taiwan, saham Pharmally sudah tidak lagi tercatat di bursa tersebut alias delisting per April 2021.

Melansir pemberitaan Taipei Times, pada tahun lalu, sang pendiri Pharmally Tony Huang terjerat kasus terkait dugaan kolusi dengan pengusaha China untuk memalsukan rekening dan laporan keuangan.

Menariknya, menurut catatan Taipei Times, Biotis sendiri sempat dikabarkan akan melantai di bursa saham Taiwan pada 2018. Pada 5 November 2018, salah satu media massa nasional juga pernah memberitakan kunjungan Tim Bursa Efek Taiwan, Deloitte & Touche, Chien Yeh Law Offices dan sejumlah institusi lainnya ke pabrik Biotis.

NEXT: Siapa Saja Induk Perusahaan?

Seperti yang telah disebutkan di halaman sebelumnya, selain Pharmally, induk Biotis lainnya adalah perusahaan bioteknologi Harbin Weike Biotechnology Co. Ltd.

Harbin Weike Biotechnology Development Company adalah BUMN yang berada di bawah Harbin Veterinary Research Institute (HVRI), Chinese Academy of Agricultural Sciences (CAAS).

Harbin didirikan pada 1992 dengan fokus di bidang produksi dan distribusi vaksin hewan, produk diagnostik, dan lainnya.

Harbin Weike Biotechnology menjalankan bisnis di China, Indonesia, dan negara-negara lain. Sementara, HVRI adalah lembaga penelitian profesional nasional yang mengkhususkan diri dalam penelitian pengendalian penyakit menular industri peternakan dan unggas.

Sebelumnya, pihak Biotis Pharmaceuticals mengungkapkan, perusahaan akan memproduksi vaksin merah putih mulai paruh pertama tahun depan.

"Target memproduksi vaksin merah putih pada semester 1-2022. Tentu dengan pendampingan pengawasan dari BPOM kami bertekad tak hanya jadi pelopor tapi juga mendorong kemandirian bio farmasi di RI," ujar Direktur Utama PT Biotis Pharmaceuticals, Sudirman dalam Konferensi Pers Penyerahan Sertifikat CPOB kepada Biotis secara virtual, Rabu (18/8/2021).

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Lukito menegaskan bahwa pihaknya telah memberikan sertifikat Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB) kepada PT Biotis.

"PT Biotis akan melaksanakan pengembangan dan produksi dari vaksin merah putih. Ini adalah tahap yang penting dalam merespon dan merespon herd immunity," katanya.

"Ke depan betul-betul industri farmasi vaksin akan terus membanggakan," tegasnya.

Selanjutnya, Ketua Tim Peneliti Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Fedik Abdul Rantam mengungkapkan tahapan vaksin merah putih. Saat ini, pengembangan vaksin tersebut sudah pada tahap uji pre klinik 1 dan 2.

"Hasilnya yang 1 baik. Termasuk toksisitas dan pendekatan respon imun juga selular dan hasil menjanjikan," pungkasnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular