Pantas Saham Teknologi Terbang, Kinerjanya Moncer Abis!
Jakarta, CNBC Indonesia- Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat dari 11 indeks sektoral yang baru diperbaharui pada 25 Januari 2021, indeks yang berisi saham-saham teknologi atau IDXTECHNO mencatat penguatan tertinggi.
Tercatat IDX Techno sejak awal tahun indeksnya berhasil melesat 843% jauh lebih tinggi dibandingkan indeks sektoral Transportasi & Logistik di posisi kedua yang 'hanya' mampu naik 11%.
Sebagai pembanding, sejak tahun berjalan, indeks acuan pasar modal lokal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu hijau 1,82%, bahkan imdeks acuan prestisius LQ45 yang memiliki konstituen saham-saham likuid dan memiliki prospek pertumbuhan yang oke harus rela ambruk 8,78% pada periode yang sama.
Melesatnya indeks Techno tentu tak terlepas dari fenomenalnya salah satu saham yang menjadi anggota indeks ini, sebut saja nama-nama seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) milik Otto Sugiri yang sukses terbang tinggi dari harga penawaran IPO Rp 420/unit menjadi Rp 59.000/unit atau kenaikan 11.309%.
Apresiasi secara tiba-tiba ini menyebabkan DCII langsung tercatat sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar ke 10 di BEI dengan market cap yang naik dari Rp 1 triliun menjadi Rp 113 triliun.
Selain DCII, saham-saham teknologi lain juga ikut menguat beramai-ramai sebut saja perusahaan Otto Sugiri lainya yakni PT Indointernet Tbk (EDGE) serta saham-saham grup Kresna seperti PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DIVA), PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA), hingga PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) yang seluruhnya melantai di indeks sektoral teknologi.
Selanjutnya PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan induk Kresna Group PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) yang keduanya sejak awal tahun sudah terbang tinggi, melihat kenaikan indeks sektoral teknologi sebagai peluang dan mengajukan perpindahan pencatatan ke indeks sektoral teknologi ini.
Terbaru melantainya perusahaan e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) di indeks sektoral ini lagi-lagi melesatkan kapitalisasi pasarnya mengingat BUKA sudah mulai melantai dengan kapitalisasi pasar jumbo yang meski sudah 4 hari terkoreksi sejak melantai tanggal 6 Agustus silam sejatinya masih terapresiasi 4,7% dari harga IPO.
Meskipun saham-saham teknologi terus melesat, sejatinya bagaimanakah kinerja keuanganya? Simak tabel berikut.
Tercatat dari 24 emiten indeks teknologi hanya 8 yang masih membukukan rugi bersih. Meskipun demikian, dari 10 emiten yang sudah melaporkan kinerja Q2 nya, 9 diantaranya membukukan kinerja positif dimana tercatat ada 5 emiten yang labanya sukses naik 4 digit atau kenaikan belasan hingga puluhan kali, dan 3 diantaranya terbang 3 digit.
Pertumbuhan laba tertinggi dibukukan oleh emiten anak usaha grup Kresna, PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) yang sukses terbang 5.361% yang berhasil membukukan laba bersih Rp 682 miliar di kuartal kedua tahun ini.
Tercatat emiten PT SAT Nusapersada Tbk (PTSN) juga berhasil membukukan kinerja impresif 1.700% dimana laba bersihnya sukses terbang menjadi 2,98 juta dolar AS.
Di posisi kedua nominal laba bersih dibukukan oleh emiten teknologi dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa efek yakni EMTK yang berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 264 miliar tumbuh 400% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Dari 10 Kerugian bersih terbesar dibukukan oleh tak lain dan tak bukan emiten lokapasar Bukalapak.com yang hingga akhir kuartal pertama 2021 masih merugi Rp 323 miliar.
Sementara itu di posisi kedua rugi bersih terbesar dibukukan oleh induk usaha grup Kresna yakni PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) yang masih merugi bersih Rp 56 miliar di kuartal pertama tahun ini.
Untuk kuartal 2 tahun ini emiten yang labanya terkoreksi hanyalah PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang labanya turun 26% ke angka Rp 47,5 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)