Asing Mulai Belanja, Yakin Ngangkat Saham Bukalapak ke ARA?

tahir saleh, CNBC Indonesia
18 August 2021 07:45
Bukalapak (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Bukalapak (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing mulai belanja saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) setelah sebelumnya rajin melakukan aksi jual bersih (net sell) saham BUKA sejak perusahaan tersebut melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (6/8/2021).

Data BEI mencatat, pada perdagangan Senin lalu (16/8), sebelum libur Selasa kemarin (17/8) bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-76, saham BUKA ditutup anjlok 6,81% atau menyentuh batas auto reject bawah (ARB) di Rp 890/saham.

Nilai transaksi saham BUKA sebesar Rp 978 miliar dan volume perdagangan 1,07 miliar saham. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 92 triliun dengan catatan asing masuk Rp 247 miliar di pasar reguler dalam sehari.

Namun dalam sepekan terakhir asing tercatat masih net sell Rp 1,08 triliun, dan digabung dengan pasar nego dan tunai, net sell asing mencapai Rp 1,19 triliun.

Dengan penurunan di Senin yang menyentuh ARB 7%, maka dalam sepekan saham BUKA minus 16,04%, sementara sejak debut pada 6 Agustus lalu, saham BUKA masih naik 4,71%. Pelemahan ini juga menandai tren pelemahan saham BUKA selama 4 hari beruntun, dengan 3 di antaranya menembus ARB, setelah sebelumnya sempat auto reject atas (ARA 25%) pada hari perdana Jumat tersebut.

Pada Jumat pekan lalu, asing juga membukukan beli bersih dengan nilai Rp 310,31 miliar. Dengan ini, dalam 6 hari perdagangan, asing melakukan jual bersih (net sell) pada 4 hari pertama dan melakukan beli bersih pada hari kelima dan keenam perdagangan saham BUKA.

ARB lagi?

Sebagai informasi, dengan harga terakhir Rp 890/saham, jika saham Bukalapak menyentuh ARB lagi 6,8% pada perdagangan Rabu ini (18/9), maka saham BUKA berpotensi terjerembab ke level Rp 830/saham (minus 6,7% atau -Rp 60) atau di bawah harga IPO Rp 850/saham.

Sementara itu, jika tembus ARA atau auto reject atas, maka saham BUKA berpotensi tembus Rp 1.112/saham alias melesat 24,94% dari harga Rp 890/saham.

Terkait dengan potensi saham BUKA ini, analis riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya, dalam riset per 9 Agustus, juga sudah memasukkan saham BUKA dalam 8 top picks Mirae Asset pada Agustus ini.

Tujuh saham lainnya yakni PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), PT Prodia Wdyahusada Tbk (PRDA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).

Menurut Hariyanto, dari segi pasar, dengan mulai melantainya saham teknologi pertama di dalam negeri yakni BUKA, dan selanjutnya akan disusul oleh perusahaan lainnya dinilai akan dapat mengikuti jalur yang sama dengan pasar saham Amerika Serikat di mana perusahaan teknologi sekarang mendominasi 5 kapitalisasi pasar terbesarnya.

Hal ini juga ditunjang dengan gross merchandise value (GMV) Indonesia yang diperkirakan oleh lembaga Bain bisa bertumbuh dengan compound annual growth rate (CAGR) atau rata-rata tahunan pada periode 2020-2025 sebesar 23%, dari US$ 44 miliar atau setara dengan Rp 638 triliun (kurs Rp 14.500/US$) pada 2020 menjadi US$ 124 miliar atau setara Rp 1.798 triliun pada 2025.

Menurut dia, dua raksasa teknologi, yakni BUKA dan GoTo akan dapat memonetisasi tren yang meningkat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.

"Kami pikir perusahaan teknologi raksasa, seperti Bukalapak dan GoTo akan dapat memonetisasi tren yang meningkat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia," kata Hariyanto Wijaya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alamak! Kena PHP Bukalapak Lagi, Harga Saham Sempat Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular