Kenapa Saham Bukalapak Anjlok & ARB? Ternyata Gegara Ini!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 August 2021 12:20
Bukalapak (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Bukalapak (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga saham emiten e-commerce, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang dalam 2 hari menyentuh level batas auto reject atas (ARA) 25% harus terhenti pada perdagangan Selasa ini (10/8/2021).

Data BEI mencatat, sampai dengan pukul 10.15 WIB Selasa ini (10/8), saham BUKA terkoreksi sebesar 6,76% atau sentuh auto reject bawah (ARB) ke posisi Rp 1.035 per saham dengan nilai transaksi Rp 994,28 miliar dan volume 943,36 juta.

Pelaku pasar asing melego saham Bukalapak senilai Rp 140,22 miliar di seluruh pasar.

Adapun saat ditutup di sesi I, pukul 11.30 WIB, saham BUKA masih ARB 7% di Rp 1.035/saham, dengan nilai transaksi Rp 1,02 triliun dengan volume perdagangan 970 juta saham.

Investor asing keluar Rp 123 miliar di pasar reguler dan tercatat sejak Jumat lalu, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 999,61 miliar di pasar reguler. Adapun harga saham BUKA di level Rp 850/saham saat diperdagangkan pertama kali di Jumat lalu (6/8).

Chief Marketing Officer Jarvis Asset Management, Kartika Sutandi berpendapat, koreksi harga saham Bukalapak ini masih bersifat sementara. Koreksi tersebut dinilai wajar setelah sebelumnya saham BUKA menyentuh level ARA 25% dalam 2 hari berturut.

"Koreksi tersebut wajar, sudah naik 30% dari harga IPO [initial public offering], ada yang take profit," kata Kartika, saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (10/8/2021).

Meski demikian, ke depannya, prospek saham Bukalapak masih cukup positif seiring dengan kebijakan pemerintah yang memperpanjang PPKM Level 4, belanja yang tadinya dilakukan secara fisik akan beralih ke belanja daring melalui lokapasar (marketplace).

"Semakin lama PPKM semakin bagus belanja online, karena off linenya tutup, orang no choice belanja lewat online," kata Kartika menambahkan.

Di sisi lain, kata dia, katalis positif juga datang dari dana abadi negara atau Sovereign Wealth Fund asal Singapura GIC Private Limited melakukan pembelian saham BUKA sebanyak 1.600.797.400 atau setara dengan 1,553% modal disetor dan ditempatkan Bukalapak. Total nilai transaksi ini mencapai Rp 1,36 triliun di harga Rp 850/saham.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan di BEI, transaksi ini dilakukan pada 5 Agustus 2021 lalu, alias sehari sebelum Bukalapak listing di BEI Jumat lalu.

Sebelumnya, Analis Panin Sekuritas, William Hartanto, mengatakan aksi jual yang dilakukan investor asing adalah hal yang lumrah terjadi sebagai aksi ambil untung (profit taking).

"Hal yang wajar, kalau sudah profit pasti dijual. Sisanya tinggal siapa yang lebih kuat, penjualan asing atau pembelian lokal," kata William, kepada CNBC Indonesia, Senin (9/8/2021).

William menilai, saham Bukalapak diperkirakan masih akan melanjutkan tren kenaikan dengan estimasi penguatan ke level Rp 1.500 per saham.

Selain itu, kata William, Bukalapak yang masuk ke dalam indeks saham teknologi di BEI memiliki prospek yang positif ke depannya. Terlebih lagi, jika semakin ramai unicorn asal Indonesia yang mencatatkan saham di pasar modal domestik.

"Indeks techno jadi masih bisa menguat lagi selama trend saham-saham teknologi masih berlangsung, mungkin hingga akhir tahun," ujarnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alamak! Kena PHP Bukalapak Lagi, Harga Saham Sempat Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular