Newsletter

Ngeri di Sana-sini, Awas IHSG, Rupiah hingga SBN Berguguran!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 August 2021 06:20
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sehari sebelum libur Hari Kemerdekaan Indonesia kemarin, nilai tukar rupiah sukses menguat 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.370/US$. Penguatan tersebut menjadi yang pertama dalam 7 hari perdagangan terakhir.

Kemudian di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 1 tahun mengalami kenaikan, sementara tenor 3 dan 5 tahun stagnan. Tenor 10 tahun ke atas semuanya mengalami penurunan.

idr

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield turun maka harganya naik, artinya mayoritas SBN di awal pekan ini mengalami penguatan.

Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot 0,84% ke 6.087,913. Meski demikian, investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 429 miliar di pasar reguler, jika digabungkan dengan pasar nego dan tunai total net buy sebesar Rp 555 miliar.

Sementara pada perdagangan hari ini, Rabu (18/8/2021), IHSG, rupiah hingga SBN berisiko berguguran, sebab banyak sentimen negatif datang dari luar negeri, misalnya lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang membuat pelaku pasar ngeri. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan hari ini akan dibahas pada halaman 3 dan 4. 

jkse

Di awal pekan lalu, pelaku pasar menanti kejelasan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 apakah diperpanjang, diperpanjang dengan pelonggaran atau disetop.

Selain itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan Pidato dalam Rangka HUT ke-76 RI di Gedung MPR/DPR juga menjadi perhatian.

Jokowi di awal pidato hari ini menggarisbawahi soal krisis hingga pandemi.

"Krisis, resesi, dan pandemi itu seperti api. Kalau bisa, kita hindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita pelajari," kata Jokowi.

"Api memang membakar, tetapi juga sekaligus menerangi. Kalau terkendali, dia menginspirasi dan memotivasi. Dia menyakitkan, tetapi sekaligus juga menguatkan," imbuhnya.
Jokowi berharap pandemi yang terjadi ini dapat menerangi bangsa. Terutama agar mawas diri, memperbaiki diri, dan menguatkan diri. "Dalam menghadapi tantangan masa depan."

Jokowi juga menjelaskan, resesi dan krisis yang datang bertubi-tubi dalam perjalanan setelah Indonesia merdeka, juga berhasil dilampaui.

"Setiap ujian memperkokoh fondasi sosial, fondasi politik, dan fondasi ekonomi bangsa Indonesia. Setiap etape memberikan pembelajaran dan sekaligus juga membawa perbaikan dalam kehidupan kita," katanya.

Di kesempatan yang sama pemerintah telah mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam asumsi dasar ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi dipatok 5-5,5%.

Demikianlah dikutip CNBC Indonesia dari Buka Nota Keuangan 2022 yang dikeluarkan Kementerian Keuangan, Senin (16/8/2021). 

"Tahun 2022, perekonomian Indonesia melanjutkan arah pemulihan seiring pandemi Covid-19 yang sudah lebih terkendali dengan berbagai langkah penanganan sistematis dan program vaksinasi yang sudah menjangkau populasi di seluruh wilayah Indonesia. Perekonomian nasional diperkirakan sudah mampu keluar dari bayang-bayang krisis dan menjalankan proses normalisasi secara bertahap," tulis dokumen tersebut.

Pemerintah juga terus mewaspadai kemunculan varian baru Covid-19 yang bisa mengganggu perekonomian untuk pulih.

"Potensi kemunculan pandemi dari virus varian baru tetap menjadi faktor utama risiko yang harus terus diantisipasi oleh masyarakat. Kemampuan adaptasi masyarakat untuk terus menerapkan disiplin protokol kesehatan akan menjadi fitur penting dalam memitigasi risiko dimaksud. Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia di tahun 2022 diproyeksi mampu tumbuh pada kisaran 5,0 - 5,5%," jelasnya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Corona Delta Bikin Wall Street Tumbang

Bursa saham AS (Wall Street) merosot pada perdagangan Selasa waktu setempat pasca rilis data penjualan ritel yang menurun. Hal tersebut memicu kecemasan penyebaran virus corona delta mulai berdampak pada perekonomian.

Indeks S&P 500 melemah 0,71% ke 4.448,08, Dow Jones jeblok 0,8% ke 34.343,28, keduanya di awal pekan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa. Indeks Nasdaq memimpin kemerosotan sebesar 0,93% di 14.656,18.

idr

Selain mencetak rekor di hari Senin, S&P 500 juga menorehkan catatan apik, nilainya sudah naik dua kali lipat dari level penutupan terendah 23 Maret 2020 lalu saat pandemi Covid-19 menghantam pasar finansial global. Catatan tersebut menjadi kenaikan tercepat S&P 500 sejak Perang Dunia II, berdasarkan kalkulasi CNBC International.

"Kenaikan pertumbuhan kasus Covid-19 sepertinya akan memicu perlambatan seperti yang terlihat di China dan menekan sentimen pelaku usaha manufaktur, tapi dampak ekonomi-setidaknya di AS dan Eropa-sepertinya tidak akan besar," tulis Goldman Sachs dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Penjualan ritel per Juli dilaporkan turun 1,1% atau jauh lebih buruk dibandingkan dengan ekspektasi ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan penurunan hanya sebesar 0,3%. Angka tersebut jauh lebih buruk dari capaian Juni yang mencetak kenaikan sebesar 0,6%.

"Kita melihat ekspektasi belanja konsumen akan semakin kuat, tetapi sebagian sudah terpukul akibat virus corona delta. Tantangan yang dihadapi tidak akan pergi dalam waktu yang cepat," kata Yung-Yu Ma, dari BMO Wealth Management, sebagaimana dilansir CNBC International.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari ini

Jebloknya Wall Street tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar Asia yang sudah ambrol dalam 2 hari terakhir. Saat Wall Street mampu mencetak rekor di awal pekan, bursa saham Asia malah jeblok kemarin, indeks Shanghai Composite China ambrol 2%, disusul Hang Seng Hong kong minus 1,66%.

Pasar saham Indonesia libur Hari Kemerdekaan kemarin, sehingga hari ini IHSG berisiko menyusul ke zona merah.

Seperti disebutkan sebelumnya, penyebaran corona delta memicu jebloknya Wall Street. Peningkatan kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam memang cukup mengerikan belakangan ini. 5 negara bagian di Amerika Serikat mencatat rekor rata-rata penambahan kasus.

Negara bagian Lousiana menjadi yang tertinggi, rata-rata penambahan kasus selama 7 hari hingga Minggu (15/8/2021) tercatat sebanyak 126 orang per 100.000 penduduk. Di urutan kedua ada negara bagian Mississipi 100 kasus per 100.000 penduduk, dan Florida 101 kasus per 100.000 penduduk.

idrFoto: CNBC International

Di urutan ke empat ada Hawaii, dan Oregon melengkapi lima besar. Secara keseluruhan, di Amerika Serikat rata-rata kasus sebanyak 39 orang per 100.000 penduduk.

"Kita berada di pertengahan musim panas, orang-orang mulai berkumpul, mereka dalam kelompok yang besar. Vaksin telah membuat mereka merasa aman, dan mereka lupa dengan protokol kesehatan," kata dr. Perkin Halkitis, dekan di Rutgers School of Public Health, dalam wawancara bersama CNBC International. 

Jika dilihat rata-rata kasus dalam 7 hari hingga awal pekan ini sebanyak 133.068 kasus dari total penduduk, menjadi yang tertinggi sejak 3 Februari lalu. Jika dilihat dari rata-rata pertengahan Juni lalu sekitar 12.000 kasus, artinya mengalami kenaikan sekitar 1000%.

Ngerinya lonjakan kasus tersebut membuat pelaku pasar melihat risiko pelambatan ekonomi di AS semakin meningkat, bahkan China juga sudah mengalaminya. Alhasil, pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) kali ini dolar AS menjadi pilihan.

Dolar AS juga didukung oleh situasi di kekacauan yang terjadi di Afganistan.

"Konsumen AS berhati-hati melihat lonjakan corona delta, dikombinasikan dengan pelambatan ekonomi China serta gejolak politik di Afganistan, membuat investor keluar dari aset berisiko dan beralih ke dolar AS," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto, sebagaimana dikutip CNBC International.

Indeks dolar AS pada perdagangan Selasa melesat 0,54% ke 93,132, dan berada di level penutupan tertinggi sejak 30 Maret lalu, ngeri! Rupiah pun berisiko terpuruk pada hari ini, begitu juga dengan SBN, sebab ada risiko terjadi capital outflow.

Apalagi, pelaku pasar menanti notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) edisi Juli yang akan dirilis Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar akan melihat petunjuk-petunjuk atau detail informasi untuk memprediksi kapan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan.

Ketua The Fed, Jerome Powell, yang berbicara tadi malam mengatakan masih belum diketahui apakah penyebaran virus corona berdampak atau tidak pada perekonomian.

"Masih belum jelas apakah corona delta akan memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian, kita akan melihat itu nanti," kata Powell.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari ini (2)

Sementara itu dari dalam negeri, jika di hari Senin pelaku pasar menanti keputusan PPKM, maka hari ini akan meresponnya. PPKM level 4, 3 dan 2 kembali diperpanjang hingga 23 Agustus mendatang. Bahkan PPKM akan terus dilanjutkan selama pandemi.

Hal ini disampaikan Menko Marves Luhut Pandjaitan dalam konferensi persnya, Senin (16/8/2021).

"Atas petunjuk dan arahan Presiden, maka PPKM Level 4,3 dan 2 di Jawa Bali diperpanjang sampai 23 Agustus 2021," kata Luhut.

"Saya dapat pertanyaan PPKM dilanjutkan atau dihentikan? Selama masih pandemi PPKM akan digunakan untuk instrumen mengendalikan masyarakat," kata Luhut.

"Sampai situasi membaik, maka level akan diturunkan. Level 3, 2 dan 1 mendekati situasi normal. Dan evaluasi tiap minggu dilakukan supaya respons bisa cepat."

Maklum saja, jika PPKM dihentikan, dikhawatirkan mobilitas masyarakat langsung meningkat drastis dan memicu penyebaran baru virus corona.

Sejak PPKM diterapkan, kasus Covid-19 terus menunjukkan penurunan, mulai dari penambahan kasus positif, kasus aktif, hingga bed occupancy ratio (BOR).

Tetapi kabar baiknya, pemerintah memberikan pelonggaran lebih lanjut, yang tentunya bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial.

Berapa pelonggaran di beberapa wilayah termasuk DKI Jakarta yakni pusat perbelanjaan/mal diizinkan buka mulai pukul 10.00 WIB hingga 20.00 WIB, dengan kapasitas pengunjung 50% dan dengan protokol kesehatan yang ketat. Kapasitas pengunjung tersebut ditambah dari sebelumnya sebanyak 25% saja.

Selain itu, resto atau kafe yang berada di ruang terbuka kini sudah melayani dine in dengan kapasitas 25%, dan waktu makan 30 menit. Begitu juga dengan warung makan atau pedagang kaki lima dengan maksimal 3 pengunjung dan waktu makan juga 30 menit. 

Kemudian tempat Ibadah juga diizinkan buka di beberapa wilayah, dengan kapasitas 50%.

Selain perpanjangan dan pelonggaran PPKM, rilis data negara dagang bulan Juli Indonesia juga akan menjadi perhatian.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekspor 29,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Kemudian impor diperkirakan tumbuh lebih tinggi yaitu 52,9% yoy. Meski demikian, Indonesia masih bisa membukukan surplus neraca perdagangan senilai US$ 2,24 miliar.

Sebagai perbandingan, konsensus pasar yang dihimpun Reuters menghasilkan median perkiraan pertumbuhan ekspor sebesar 30,2%. Sementara impor 'diramal' tumbuh 52,15% dan neraca perdagangan surplus US$ 2,27 miliar.

Meski masih tumbuh tetapi pertumbuhan ekspor dan impor melambat dibandingkan Juni 2020. Kala itu, ekspor melonjak 54,46% yoy dan impor meroket 60,12% yoy. Sehingga jika pertumbuhan bulan Juli lebih rendah dari prediksi, artinya pukulan PPKM terhadap perekonomian Indonesia.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Berikut

Berikut beberapa data ekonomi yang dirilis hari ini:

  • Neraca Dagang dan pesanan mesin Jepang (6:50 WIB)
  • Neraca Dagang Indonesia (11:00 WIB)
  • Inflasi Inggris (13:00 WIB

Berikut beberapa agenda hari ini

  • RUPS PT Megapolitan Develompents Tbk. (14:00 WIB)
  • RUPS PT Asia Pasific Investama Tbk (14:00 WIB)
  • RUPS PT Map Boga Adiperkasa Tbk (14:00 WIB)
  • RUPS PT Kimia Farma Tbk (14:00 WIB)
  • RUPS PT Star Pasific Tbk (14:00 WIB)
  • RUPS PT Bintang Oto Global Tbk (14:00 WIB)
  • RUPS PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (14:00 WIB)
  • RUPS PT Ascet Indonusa Tbk (14:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2021 YoY)

7,07%

Inflasi (Juli 2021, YoY)

1,52%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2021)

3,50%

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2021)

-5,17% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q1-2021)

-0,4% PDB

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2020)

US$ 4,1 miliar

Cadangan Devisa (Juli 2021)

US$ 137,3 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular