
Market Cap BCA Melesat Rp 30 T, tapi Emtek Menyusut Rp 20 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak kinerja buruknya pada perdagangan pekan lalu (9-13 Agustus 2021).
Data BEI mencatat, pekan lalu, IHSG ambles 1,03% secara point-to-point menjadi 6.139,492 atau terlempar dari level psikologis 6.200.
Selama sepekan, nilai transaksi IHSG kembali naik menjadi Rp 78,5 triliun. Namun, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 405 miliar sepanjang pekan lalu.
Dari data kapitalisasi pasar (market cap), Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total 10 besar saham berkapitalisasi terbesar (big cap) pada akhir pekan lalu kembali turun, yakni menjadi Rp 2.873 triliun, dari pekan sebelumnya sebesar Rp 2.903 triliun.
Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)
No. | Emiten | 13 Agustus | No. | Emiten | 6 Agustus | No. | Emiten | 30 Juli |
1. | BC/BBCA | 782 | 1. | BCA/BBCA | 752 | 1. | BCA/BBCA | 729 |
2. | Bank BRI/BBRI | 473 | 2. | Bank BRI/BBRI | 480 | 2. | Bank BRI/BBRI | 453 |
3. | Telkom/TLKM | 327 | 3. | Telkom/TLKM | 329 | 3. | Telkom/TLKM | 321 |
4. | Mandiri/BMRI | 277 | 4. | Mandiri/BMRI | 276 | 4. | Mandiri/BMRI | 263 |
5. | Bank Jago/ARTO | 223 | 5. | Bank Jago/ARTO | 230 | 5. | Bank Jago/ARTO | 246 |
6. | Astra/ASII | 203 | 6. | Astra/ASII | 200 | 6. | Astra/ASII | 191 |
7. | Chandra Asri/TPIA | 165 | 7. | Unilever/UNVR | 169 | 7. | Emtek/EMTK | 168 |
8. | Unilever/UNVR | 162 | 8. | Chandra Asri/TPIA | 167 | 8. | Chandra Asri/TPIA | 168 |
9. | Emtek/EMTK | 139 | 9. | Emtek/EMTK | 159 | 9. | Unilever/UNVR | 161 |
10. | DCI Indonesia/DCII | 122 | 10. | DCI Indonesia/DCII | 141 | 10. | DCI Indonesia/DCII | 141 |
Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (13/8/2021)
Berdasarkan data di atas, secara mayoritas pergerakan big cap pada akhir pekan lalu mengalami pelemahan. Hanya tiga saham yang market cap-nya masih mengalami kenaikan.
Market cap saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada akhir pekan lalu naik sebesar Rp 30 triliun menjadi Rp 782 triliun, dari sebelumnya pada pekan sebelumnya sebesar Rp 752 triliun. Kenaikan market cap BBCA menjadi yang terbesar pada akhir pekan lalu
Sebaliknya, market cap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada akhir pekan lalu tercatat turun sebesar Rp 7 triliun menjadi Rp 473 triliun.
Sedangkan untuk market cap saham PT Unilever Indonesia Tbk (EMTK) yang sebelumnya sempat naik ke posisi 7, akhirnya kembali turun ke posisi 8 pada akhir pekan lalu, disusul oleh market cap saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
Adapun untuk market cap UNVR pada akhir pekan lalu mencapai Rp 162 triliun atau turun Rp 7 triliun. Sedangkan market cap TPIA juga turun Rp 2 triliun menjadi Rp 165 triliun.
Sementara untuk market cap EMTK pada akhir pekan lalu turun signifikan sebesar Rp 20 triliun menjadi Rp 139 triliun. Penurunan market cap EMTK menjadi yang terbesar pada akhir pekan lalu.
Sedangkan market cap saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang sebelumnya sempat stagnan dalam kurun waktu sekitar 8 pekan terakhir, pada akhir pekan lalu akhirnya kembali bergerak setelah sahamnya kembali dibuka (unsuspend) oleh BEI.
Namun, market cap DCII mengalami penurunan, dari sebelumnya sebesar Rp 141 triliun, pada akhir pekan lalu menjadi Rp 122 triliun, turun sebesar Rp 19 triliun.
Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.
NEXT: Analisis Pasar Sepekan
Anjloknya bursa saham nasional tersebut pada pekan lalu disebabkan oleh keputusan pemerintah yang menghapus angka kematian Covid-19 dalam indikator penanganan pandemi, yang dinilai sebagai langkah mundur dalam transparansi tingkat keparahan wabah.
Mengawali pekan lalu, IHSG anjlok jelang pengumuman perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 pada Senin (9/8/2021). Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan PPKM akan diperpanjang hingga 16 Agustus 2021.
Pasar telah mengantisipasi perkembangan itu dengan aksi jual masif yang melemparkan IHSG keluar dari level psikologis 6.200. Saat itu, Indonesia mencatatkan korban jiwa 107.096 orang, menjadi negara dengan tingkat kematian terburuk ke-12 di dunia, menurut data Worldometers.
Namun dalam konferensi pers virtual Senin petang pekan lalu, Luhut malah mengatakan akan mengeluarkan indikator kematian dalam penilaian perkembangan pandemi, dengan alasan adanya input data yang terlambat. "Sehingga hal ini menimbulkan distorsi dalam penilaian," ujar Luhut.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mempertanyakan alasan pemerintah tak menggunakan angka kematian sebagai indikator penetapan level PPKM, karena hal tersebut justru mendistorsi tingkat keparahan pandemi.
Dia memberi contoh Jawa Barat dan Banten yang turun ke PPKM level 3. Padahal, dua wilayah itu mencatatkan lonjakan kasus, baik pada kasus positif maupun kematian. "Sehingga seolah-olah masalahnya jadi kecil. Kan itu permainan angka," katanya dikutip CNN Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Market Cap BBCA Masih Bertengger di Atas, BBRI Melonjak
