"BRI Bola" ke Gawang Liga 1, Gol-kan!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 August 2021 13:55
Foto: Detikcom
Foto: Foto: Detikcom

Firma konsultan global McKinsey dalam laporan riset berjudul "Is Sport Sponsorship Worth It?" (2014) mengangkat kesimpulan yang mengejutkan. Meski belanja perusahaan AS untuk kerja-sama sponsor olah raga sangat besar atau mencapai US$ 20 miliar, sepertiga dari mereka tak memiliki sistem yang jelas untuk mengukur efektivitas kerja-sama tersebut.

Padahal, menurut Jeff Jacobs, sang penulis, perusahaan yang menempatkan sponsor di industri olah raga secara tepat guna, bisa meraih pengembalian investasi (return on investment/ROI) yang memadai, setidaknya mencapai 30% dari biaya sponsor yang sudah dikeluarkan.

Dia menilai ada lima metrik untuk mengukur kinerja efektivitas kerja-sama sponsor, yakni biaya per jangkauan (reach), membangun awareness lewat aktivasi, penjualan/margin per keping biaya, manfaat tak langsung, dan efektivitas membangun brand jangka panjang.

Sepakbola menjadi target kerja-sama sponsor yang strategis untuk mencapai lima metrik tersebut karena fans (pencinta) olah raga ini memiliki komitmen yang kuat. Mereka tak cuma memantau jalannya pertandingan saja, melainkan juga memantau detil dinamika di dalamnya.

Jose Vale dkk dalam riset berjudul "The Impact of Sponsorship on A Football Team's Brand Equity" menyebutkan bahwa 'komitmen fans' harus menjadi alat ukur utama bagi perusahaan untuk menjatuhkan pilihan sebagai pemasang sponsor atau tidak dalam ajang olah raga.

"Komitmen tinggi ini memungkinkan fans menetapkan adanya kesamaan hubungan dan asosiasi nilai ajang olah raga atau tim dengan merk pihak sponsor, sehingga pihak sponsor bisa mencapai tujuan utama pemasaran yakni menciptakan awarenes dan pembentukan brand image," tulisnya dalam riset yang dipublikasikan di Journal of Sponsorship (2009) tersebut.

Seperti halnya di negara maju, perusahaan jasa keuangan di Indonesia berlomba menjadi sponsor sepak bola. Terbaru, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk masuk sebagai sponsor utama di BRI Liga 1 Indonesia tahun 2021. Efektifkah memperkuat brand perseroan?
Sumber: Journal of Sponsorship (2009)

Khusus bagi BRI, pembentukan awareness dan brand loyalty melalui sepak bola sangat terbuka karena kesamaan latar belakang fans sepak bola-sebagai olah raga yang merakyat dan tak perlu investasi mahal laiknya golf, dengan nasabah mass market yang digarap BRI.

Bank yang lahir di Purwokerto pada 16 Desember 1895 ini memang dikenal sebagai bank-nya wong cilik. Namun, kekuatan mikro itu justru begitu besar bagi perekonomian, sehingga membawa BRI menjadi bank paling menguntungkan di Indonesia, dan menjadi satu-satunya yang mampu membeli dan mengoperasikan satelit.

Tagline BRI di era digital, yakni go smaller, go shorter, go faster, dengan menyasar pasar ultra mikro, sejalan dengan perkembangan alamiah sepakbola yang kini juga kian dekat dengan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah di desa-desa pelosok Nusantara. Hal ini terkonfirmasi dari data Badan Pusat Statistik (BPS).

Dalam survei "Potensi Desa 2018", tercatat ada 48.819 lapangan sepak bola di desa, atau naik dari survei pada 2014 yang sebanyak 44.698 lapangan. Jika dirata-rata, maka ada 6 lapangan bola-yang memenuhi standar internasional-di setiap 10 desa di seluruh pelosok Tanah Air.

Artinya, sepakbola telah menjadi bagian aktivitas komunal pedesaan, baik sebagai sarana rekreasi maupun gathering. Dus, BRI Liga 1 menjadi ajang ideal bagi BRI mengomunikasikan brand mereka ke wong cilik, dan secara bersamaan meraih fans sepak bola urban.

Halaman selanjutnya >>>> Belajar dari Barclays

(yun/yun)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular