
Meski IHSG Merah Tipis, Asing Kembali Borong Bluechip

Jakarta, CNBC Indonesia-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di awal perdagangan dengan apresiasi 0,23% ke level 6.154,05. Selang 1 jam IHSG sudah berbalik arah kembali terkoreksi 0,06% ke level 6.136,18 pada perdagangan Selasa (27/7/21) di tengah hijaunya bursa acuan global, Wall Street.
Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 5 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 17 miliar di pasar reguler.
Meskipun IHSG terkoreksi, dan asing melakukan jual bersih, ternyata investor asing sudah kembali mengakumulasi saham-saham berkapitalisasi pasar besar. Simak tabel berikut.
Asing melakukan pembelian di saham-saham berkapitalisasi besar dimana pembelian asing terjadi paling banyak di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang diborong hingga Rp 137 miliar.
Selanjutnya di posisi kedua muncul nama raja otomotif PT Astra Internasional Tbk (ASII) sebesar Rp 28 miliar dan di posisi ketiga nama perbankan lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 27 miliar.
Selain mengkoleksi bluechip tercatat asing juga memborong PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) masing-masing Rp 19 miliar dan Rp 8 miliar.
Wall Street sukses mengakhiri perdagangan kemarin di zona hijau, tentutnya berkat dorongan dari data ketenagakerjaan, yakni data klaim pengangguran akhir pekan lalu, yakni pada tanggal 7 Agustus 2021 dan data indeks harga produsen atau PPI.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran baru pekan lalu berada di angka 375.000, atau sama seperti estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 375.000. Angka itu juga lebih baik jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya yakni 385.000.
Selain itu, data inflasi lainnya yakni dari sisi harga produsen juga dirilis pada Kamis kemarin waktu AS, di mana indeks harga produsen (PPI) per Juli 2021 berada di angka 0,9% (bulanan) atau sedikit lebih tinggi dari proyeksi ekonom yang memperkirakan angka 0,6%. Posisi itu masih lebih rendah dari capaian Juni sebesar 1%.
Data terbaru dari PPI datang sehari setelah Departemen Tenaga Kerja mengatakan indeks harga konsumen (IHK) melonjak 5,4% dari tahun sebelumnya, untuk bulan Juli, dan 0,5% dari bulan sebelumnya. Sedangkan inflasi inti hanya naik hanya 0,3% pada bulan Juli, di bawah perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 0,4%.
Data IHK menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Inflasi yang moderat ini menunjukkan bahwa inflasi masih bersifat transisional dan pemulihan ekonomi masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.
Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar menguat 0,2 basis poin (bp) menjadi 1,361%, setelah kemarin melemah merespons stabilnya angka inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham