Waswas Tapering The Fed, Ini Tips buat Investor Obligasi RI!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 August 2021 19:42
FILE - In this Nov. 25, 2019, file photo Federal Reserve Board Chair Jerome Powell addresses a round table discussion during a visit to Silver Lane Elementary School, in East Hartford, Conn. On Wednesday, Dec. 11, the Federal Reserve issues a statement and economic projections, followed by a news conference with Powell. (AP Photo/Steven Senne)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Steven Senne)

Jakarta, CNBC Indonesia - Spekulasi mengenai isu tapering atau pengurangan program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini oleh bank sentral AS, The Fed, tak bisa dipungkiri masih menjadi kekhawatiran utama bagi investor di pasar obligasi atau surat utang.

Seperti diketahui, pada tahun 2013 lalu, tapering yang dilakukan The Fed memicu gejolak di pasar finansial global yang disebut taper tantrum, dan berdampak pada semua aset, termasuk harga komoditas.

The Fed mengindikasikan akan menaikkan suku bunga 2 kali di tahun 2023 masing-masing 24 basis poin (bps) hingga menjadi 0,75%.

Asistent Vice President PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Prananto Wihartono menjelaskan, pergerakan surat berharga negara (SBN) sampai akhir tahun ini diperkirakan tidak akan mengalami volatilitas yang cukup tinggi, pasalnya tapering The Fed baru akan terjadi di tahun depan.

"Dampak pergerakan SBN [Surat Berharga Negara] dengan tapering Fed, kalau dilihat, untuk tahun depan, kemungkinan SBN akan sangat volatil dengan isu tapering. Sampai akhir tahun, kita lihat belum terlalu, masih terukur," katanya, dalam webinar FX & Bonds Investment: Enhancing Yield in Time of Crisis, secara virtual, Kamis (12/8/2021).

Prananto menambahkan, bila tapering terjadi akan berimbas pada penurunan imbal hasil (yield) obligasi AS atau US Treasury yang menjadi acuan bagi surat berharga di seluruh dunia, termasuk SBN Indonesia.

"Jika US Treasury turun, kita akan ikut turun," ujarnya.

Meski demikian, katanya, SBN Indonesia masih tetap diminati oleh investor asing. Selain itu, bila terjadi fluktuasi harga, nilainya tidak akan terlalu drastis.

"Indonesia masih menjadi negara yang menarik buat investor, penurunan bisa bertahap tidak terlalu dalam dan bisa naik lagi," katanya.

Ia juga menyarankan agar investor bisa mengantisipasi risiko tapering dengan mengambil tenor jangka pendek.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada 'Hantu' Tapering, BI: Situasinya Masih Sangat Dinamis!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular