
Dolar AS Diramal Nyungsep 12 Bulan ke Depan, Rupiah Aman Gak?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) saat ini sedang menanti kejelasan kapan tapering akan dilakukan. Bisa dikatakan tapering merupakan hal yang paling penting dan menentukan ke mana dolar AS akan melangkah.
Ada dua spekulasi yang berkembang, yang pertama bank sentral AS (The Fed) akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini, yang kedua baru akan dimulai tahun depan.
Di sisi lain, hasil polling Reuters menunjukkan dolar AS diprediksi akan melemah 12 bulan ke depan. Para analis tersebut mempertahankan outlook tersebut sepanjang tahun ini. Tetapi bukan berarti rupiah akan diuntungkan, risiko tekanan yang dihadapi justru masih besar. Sebab isu tapering masih terus membayangi.
Polling yang dilakukan pada 2-4 Agustus tersebut juga menunjukkan seberapa yakin 60 analis terhadap pelemahan dolar AS. Hasilnya, 56% menyatakan tidak yakin, sementara 7% menyatakan tidak yakin sama sekali. Ada 34% yang menyatakan yakin, dan sangat yakin hanya 3% saja.
Sementara itu, sebanyak 57% dari para analis memprediksi volatilitas di pasar akan meningkat dalam 3 bulan ke depan.
![]() |
"Dolar AS secara keseluruhan mengecewakan. Banyak orang di awal tahun memperkirakan dolar AS akan melemah begitu juga kami. Dolar sedikit naik di tahun ini, tetapi tidak tinggi, pasar didorong oleh ketidakpastian terkait varian Covid-19," kata Steve Englandeer, kapala riset global mata uang G10 di Standard Chartered, sebagaimana dilansir Reuters Kamis (5/6/2021).
"Penguatan dolar AS pada dasarnya akibat statusnya sebagai safe haven," tambahnya.
Survei tersebut dilakukan sebelum rilis data tenaga kerja AS 6 Agustus lalu, yang menguatkan spekulasi tapering akan dilakukan di tahun ini, dan membuat dolar AS perkasa.
Departemen Tenaga Kerja AS Jumat lalu melaporkan sepanjang bulan Juli perekonomian AS mampu menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebanyak 943.000 orang, lebih tinggi dari hasil polling Reuters 880.000 orang.
Sementara tingkat pengangguran juga turun menjadi 5,4% dari bulan Juni 5,9%, dan lebih tajam dari prediksi 5,7%. Selain itu, rata-rata upah per jam juga mencatat pertumbuhan 0,4% dari bulan sebelumnya.
Namun belakangan spekulasi tapering tahun ini kembali meredup, sebab inflasi di AS sekali lagi lebih rendah dari prediksi.
Inflasi yang dilihat dari consumer price index (CPI) di bulan Juli tumbuh 0,5% dari bulan sebelumnya (month-to-month/MtM), lebih sama dengan prediksi Reuters. Sementara dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) inflasi tumbuh 5,4%.
Sementara inflasi inti tumbuh 0,3% MtM, lebih rendah dari prediksi 0,4% MtM. Secara tahunan inflasi inti tumbuh 4,3%.
The Fed menggunakan data pasar tenaga kerja dan inflasi sebagai acuan untuk menentukan waktu tapering. Inflasi yang digunakan yakni berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang akan dirilis di akhir bulan ini, tetapi dari inflasi CPI bisa memberikan gambaran PCE juga bisa lebih rendah dari prediksi.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Ini Kata Pejabat The Fed Mengenai Tapering
Kapan tapering akan dilakukan juga mendapat pandangan berbeda-beda dari pejabat elit The Fed.
Isu tapering di tahun ini kembali muncul setelah wakil ketua The Fed, Richard Clarida, pada pekan lalu mengindikasikan tapering bisa dilakukan di tahun ini, dan suku bunga akan dinaikkan pada awal 2023.
"Anda duduk di sini dan melihat inflasi sudah jauh di atas target dan pasar ketenagakerjaan terus membaik menuju level pra-pandemi. Menurut saya, ini terdengar seperti kami harus bersiap," kata Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, dalam wawancara bersama Washington Post.
Pernyataan Clarida kemudian didukung rilis data tenaga kerja AS pekan lalu yang menunjukkan perbaikan lebih lanjut.
Clarida juga melihat, The Fed akan menaikkan suku bunga pertama dua tahun depan.
"Saya menilai kondisi untuk menaikkan suku bunga acuan baru akan tercapai pada akhir 2022. Jadi normalisasi kebijakan pada 2023 adalah sesuatu yang konsisten dengan target kami," lanjut Clarida.
Sementara itu Presiden Fed wilayah Kansas City, Esteher George, mengatakan standar untuk melakukan tapering sepertinya sudah tercapai dengan kenaikan inflasi saat ini serta pasar tenaga kerja yang sudah membaik.
Presiden Fed wilayah Dallas, Robert Kaplan, dalam interview dengan CNBC International mengatakan The Fed seharusnya mengumumkan timeline tapering pada bulan Depan, dan mulai melakukan di bulan Oktober.
Pendapat berbeda diungkapkan Presiden The Fed wilayah Richmond, Thomas Barkin, mengatakan pasar tenaga kerja AS mungkin perlu waktu beberapa bulan lagi untuk pemulihan dan cukup bagi The Fed untuk mulai melakukan tapering.
"Kita sudah dekat... Saya tidak tahun kapan tepatnya. Ketika semua indikator mendekati target, saya sangat mendukung melakukan tapering dan kembali ke kebijakan moneter normal secepatnya saat perekonomian mendukung," kata Barkin, sebagaimana dilansir Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
