
Harga Nikel Melambung, Harga Trio ANTM-TINS-INCO to The Moon

Jakarta, CNBC Indonesia -Saham emiten tambang nikel menguat pada perdagangan pagi ini, Kamis (12/8/2021). Pergerakan saham nickel ini terjadi di tengah kenaikan harga komoditas nikel dalam sepekan lalu.
Berikut pergerakan saham nikel pada perdagangan hari ini.
Tercatat pada perdagangan hari ini PT Timah Tbk (TINS) memimpin penguatan setelah terapresiasi 2,99% ke level RP 1.550/unit. Sedangkan posisi kedua diisi oleh PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang naik 2,53% ke level Rp 5.075/unit. Anggota MIND ID lainya yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga terapresiasi 2,14% ke level Rp 2.390/unit.
Koreksi hanya dibukukan oleh emiten nikel yang baru melantai di bursa yakni PT PAM Mineral Tbk (NICL) yang anjlok ke level ARB dengan koreksi 6,80% ke level Rp 137/unit.
Informasi saja, harga komoditas nikel dengan kontrak pembelian 1 bulan di London Metal Exchange (LME) cenderung naik dalam sepekan lalu. Secara harian, kenaikan harga nikel sebesar 1,26% ke harga US$ 19.670/ton. Sementara, dalam sepekan nikel naik 2,45%.
Sentimen terbaru untuk saham-saham emiten nikel adalah terkait PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) yang mulai menyampaikan rencana investasi pembuatan pabrik baterai kendaraan listrik
Diwartakan sebelumnya, Direktur Utama IBC Toto Nugroho, menyampaikan bahwa RI punya cita-cita menjadi pemain baterai kelas dunia dan optimistis bisa dicapai pada 2025 mendatang.
Dia mengatakan, ada dua alasan kenapa RI harus menjadi pemain baterai kelas dunia. Pertama, karena Indonesia dianugerahi cadangan nikel dan menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Tak hanya nikel, Indonesia juga memiliki cadangan komoditas mineral lainnya yang bisa dijadikan bahan baku baterai hingga kendaraan listrik.
Alasan kedua adalah Indonesia memiliki pasar yang besar. Namun potensi pasar baterai tidak hanya di Indonesia, potensi pasar besar juga ada di Asia Tenggara.
"Kita harus jadi perusahaan baterai kendaraan listrik kelas dunia. Cadangan nikel yang besar dan menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Pasar besar di Indonesia dan ASEAN region," jelasnya dalam Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/07/2021).
Kebutuhan baterai untuk kendaraan listrik (electric vehicle/ EV) di Indonesia pada 2030 diperkirakan bakal mencapai sekitar 11-12 Giga Watt hours (GWh) atau ekuivalen dengan 140.000 unit kendaraan roda empat.
"Pasar di Indonesia sendiri hampir 30 GW dan kami sampaikan baterai ini gak hanya four wheel (roda empat), tapi energy solution di mana kita harus menyimpan sumber listrik renewable," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, diperlukan investasi yang sangat besar dan pembangunan beberapa fasilitas perlu waktu yang panjang. Menurutnya, saat ini IBC sudah tahap rinci untuk uji kelayakan atau feasibility study (FS) dan mencari sumber pendanaan proyek dengan menggaet dua calon mitra utama.
"Dua calon mitra utama dan kemarin sempat disampaikan Kementerian Investasi, sudah diumumkan 2022 ada satu factory 10 GW break through baterai, di 2024 komponen besar-besar RKEF[Rotary Kiln Electric Furnace], HPAL[High Pressure Acid Leaching] beroperasi, sehingga di 2025 dapatkan baterai skala besar benar-benar produksi di Indonesia," jelasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham