Meski Melemah, Rupiah Masih di Bawah Rp 14.400/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 August 2021 12:43
Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (9/8/2021). Di sisa perdagangan hari ini, rupiah terlihat belum akan mampu balik menguat, tetapi masih akan bertahan di bawah Rp 14.400/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07%, dan sempat stagnan di Rp 14.350/US$. Mata Uang Garuda kemudian melemah lagi hingga Rp 14.385/US$, atau melemah 0,24%.

Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.375/US$ atau melemah 0,17% di pasar spot.

Tanda-tanda rupiah sulit bangkit di sisa perdagangan hari ini terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.352,80Rp14.369,7
1 BulanRp14.385,00Rp14.407,0
2 BulanRp14.438,00Rp14.455,0
3 BulanRp14.488,00Rp14.508,0
6 BulanRp14.644,00Rp14.667,0
9 BulanRp14.786,00Rp14.797,0
1 TahunRp14.954,00Rp14.976,8
2 TahunRp15.589,00Rp15.572,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Dolar AS yang bangkit pasca rilis data tenaga kerja Jumat pekan lalu.

Departemen Tenaga Kerja AS Jumat lalu melaporkan sepanjang bulan Juli perekonomian AS mampu menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebanyak 943.000 orang, lebih tinggi dari hasil polling Reuters 880.000 orang.

Sementara tingkat pengangguran juga turun menjadi 5,4% dari bulan Juni 5,9%, dan lebih tajam dari prediksi 5,7%. Selain itu, rata-rata upah per jam juga mencatat pertumbuhan 0,4% dari bulan sebelumnya.

Rilis tersebut kembali memicu spekulasi bank sentral AS (The Fed) akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini.
Spekulasi tapering sebelumnya kembali menguat setelah wakil ketua The Fed, Richard Clarida, pada pekan lalu mengindikasikan tapering bisa dilakukan di tahun ini, dan suku bunga akan dinaikkan pada awal 2023.

"Anda duduk di sini dan melihat inflasi sudah jauh di atas target dan pasar ketenagakerjaan terus membaik menuju level pra-pandemi. Menurut saya, ini terdengar seperti kami harus bersiap," kata Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, dalam wawancara bersama Washington Post.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular