
Ampun deh! Saham Farmasi Ramai-ramai Ambles Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten farmasi cenderung melemah sepanjang perdagangan sesi I pagi ini, Jumat (6/8/2021), melanjutkan koreksi pada perdagangan sebelumnya. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mulai melemah 0,18% di 6.194.
Berikut pergerakan saham farmasi, pukul 10.35 WIB, mengacu data BEI:
Kalbe Farma (KLBF), saham -1,54%, ke Rp 1.275, transaksi Rp 18 M
Itama Ranoraya (IRRA), -1,47%, ke Rp 2.010, transaksi Rp 6 M
Indofarma (INAF), -0,79%, ke Rp 2.510, transaksi Rp 615 juta
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO), -0,62%, ke Rp 795, transaksi Rp 1 M
SOHO Global Health (SOHO), -0,48%, ke Rp 5.150, transaksi Rp 60 juta
Phapros (PEHA), -0,43%, ke Rp 1.170, transaksi Rp 23 juta
Kimia Farma (KAEF), -0,39%, ke Rp 2.540, transaksi Rp 3 M
Pyridam Farma (PYFA), 0,00%, ke Rp 1.180, transaksi Rp 360 juta
Merck (MERK), 0,00%, ke Rp 3.350, transaksi Rp 30 juta
Tempo Scan Pacific (TSPC), +0,69%, ke Rp 1.465, transaksi Rp 576 juta
Darya-Varia Laboratoria (DVLA), +1,67%, ke Rp 2.440, transaksi Rp 4 juta
Menurut data di atas, dari 11 yang diamati, 7 saham melemah, 2 saham stagnan, dan 2 menguat.
Saham KLBF menjadi yang paling melemah, yakni sebesar 1,54% ke Rp 1.275/saham. Dalam sepekan, saham KLBF masih naik 1,59%, sementara dalam sebulan ambles 3,77%.
Di posisi kedua, ada saham IRRA merosot 1,96% ke Rp 2.000/saham, melanjutkan koreksi pada 2 hari sebelumnya. Kendati turun, dalma sepekan saham IRRA naik 1,01%, sementara dalam sebulan ambles 5,63%.
Sebelumnya diberitakan, IRRA kembali membukukan pertumbuhan kinerja yang positif secara tahunan (YoY) maupun kuartalan (QoQ).
Pada semester I-2021, IRRA membukukan pendapatan sebesar Rp 565,2 miliar atau meningkat 611,6% (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara kuartalan, pendapatan di kuartal II-2021 meningkat 47,7% dibandingkan kuartal I-2021.
Perolehan laba bersih juga mengalami kenaikan signifikan mencapai 1.271% (YoY) dari Rp3,7 miliar di semester 1-2020 menjadi Rp50,8 miliar di semester I-2021.
Pada tahun ini kenaikan penjualan IRRA berasal dari penjualan ke segmen ritel (non APBN/APBD) atau non-pemerintah. Kenaikan terjadi baik untuk Alat Kesehatan Non Elektromedik maupun untuk Produk Diagnostik In Vitro.
Produk In Vitro tumbuh 613,9% dengan produk Antigen Test Covid-19 (Panbio) sebagai penyumbang terbesar untuk kategori Produk InVitro. Sepanjang periode Januari - Juni 2021, penjualan Panbio Mencapai 5,5 juta unit atau sudah berada dalam target penjualan di tahun ini sebesar 5 - 10 juta unit.
Menyusul kontribusi produk In Vitro berikutnya adalah Reagent, Mesin Apheresis (Plasma Konvalesen) dan alat Rapid Non Covid. Penjualan alat kesehatan Non Elektromedis yaitu Alat suntik, meskipun belum terlalu besar di Semester I-2021, namun naik signifikan sebesar 294,8% (YoY). Pada kuartal II tahun ini, perseroan sudah mulai membukukan penjualan untuk produk barunya yaitu Avimac, imunomodulator untuk peningkat imun tubuh.
Tahun ini, manajemen mengatakan, IRRA menambah SDM untuk masuk ke segmen non pemerintah/ritel seperti Rumah Sakit- Rumah Sakit swasta, Klinik, Laboratorium, Apotik-Apotik dan juga melayani pembelian dari masyarakat.
Manajemen optimistis bisa memenuhi target pendapatan dan laba bersih di tahun ini, yang ditargetkan tumbuh dalam kisaran 80% - 100%.
Adapun trio farmasi BUMN, INAF, KAEF, dan PEHA juga kembali melemah. Saham INAF terkikis 0,79%, KAEF PEHA 0,43%, dan KAEF melorot 0,39%.
Sementara, saham TSPC dan DVLA berhasil menghijau. Saham TSPC naik 0,69%, sementara saham DVLA menguat 1,67%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Strategi & Transformasi Bisnis IRRA Pasca Pandemi
