Bank Sentral Inggris Bersiap Naikkan Suku Bunga, Tapi....

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 August 2021 10:15
bank of england
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kenaikan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang melanda Inggris, bank sentralnya sudah bersiap untuk menaikkan suku bunga. Tetapi, kenaikan tersebut dilakukan dengan sangat pelan dan bertahap, bahkan di tahun 2024, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) memproyeksikan suku bunga hanya sebesar 0,5% saja.

Dalam pengumuman rapat kebijakan moneter kemarin, BoE di bawah pimpinan Gubernur Andrew Bailey mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah sepanjang masa 0,1%. Keputusan tersebut dibuat dengan suara bulat, sebanyak 8 anggota dewan sepakat mempertahankan suku bunga yang sudah berada di level 0,1% sejak Maret 2020 lalu, ketika virus corona dinyatakan sebagai pandemi.

BoE secara jelas memproyeksikan suku bunga akan dinaikkan mulai tahun depan. Di kuartal III-2022 suku bunga diproyeksikan sebesar 0,2% atau naik 10 basis poin dari level saat ini. Kemudian dinaikkan lagi sebesar 20 basis poin menjadi 0,4% di kuartal III-2023, dan selanjutnya di kuartal II-2024 dinaikkan lagi hingga menjadi 0,5%.

"Proyeksi tersebut menyiratkan BoE akan melakukan pengetatan moneter dengan sangat bertahap, dan suku bunganya jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya," kata Vivek Paul, kepala strategi investasi di BlackRock Investment Institute Inggris, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (5/8/2021).

Sebagai perbandingan, bank sentral Amerika Serikat (AS) lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. Berdasarkan Fed Dot Plot, 13 dari 18 anggota dewan The Fed melihat suku bunga akan dinaikkan pada tahun 2023. 11 diantaranya memproyeksikan dua kali kenaikan masing-masing 25 basis poin menjadi 0,75%.

Dan untuk jangka panjang, suku bunga diperkirakan sebesar 2,5%.

Sementara itu untuk program pembelian aset (quantitative easing/QE) BoE 7 orang sepakat mempertahankan nilainya sebesar 895 miliar poundsterling (US$ 1,25 triliun), hanya satu anggota yang memilih untuk memangkas nilai tersebut.

Kebijakan QE bank sentral Inggris ini sedikit berbeda dengan The Fed. Nilai QE BoE sudah ditetapkan nilainya sejak awal, sementara The Fed bersifat open-ended. Secara sederhana kebijakan QE open-ended nilainya tak terhingga, selama diperlukan akan terus dilakukan. The Fed saat ini melakukan QE dengan nilai US$ 120 miliar per bulan.

Oleh karena itu, BoE tidak melakukan tapering atau pengurangan nilai QE per bulan seperti yang akan dilakukan The Fed.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pertumbuhan Ekonomi Inggris 2021 Diproyeksikan 7,5%

Di kuartal III-2021, BoE mengakui akan ada pelambatan ekonomi akibat penyebaran terbaru Covid-19. Produk Domestik Bruto (PDB) pada periode Juli-September diperkirakan akan tumbuh 3%, lebih rendah dari proyeksi bulan Mei lalu.

Sementara untuk sepanjang tahun 2021, PDB diperkirakan sebesar 7,25%, dan Inggris akan menjadi salah satu negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi.

Cepatnya vaksinasi yang dilakukan di Inggris serta pelonggaran pembatasan sosial menjadi pendukung tercapainya proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut. Hingga saat ini, sudah lebih dari 70% orang dewasa di Inggris sudah mendapat vaksinasi penuh.

Untuk tahun 2022, BoE memproyeksikan PDB sebesar 6%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 5,75%.

Sementara untuk inflasi diperkirakan akan melesat. Di bulan Juni, inflasi di Inggris mencapai 2,5%, sudah melewati target BoE sebesar 2%. Kenikan tersebut diprediksi masih akan berlanjut hingga mencapai 4% di akhir tahun ini dan awal 2022.

Jika terjadi, maka inflasi tersebut akan menjadi yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Meski demikian, BoE masih optimis tingginya inflasi tersebut hanya bersifat sementara. Dalam jangka 2 tahun ke depan, inflasi diperkirakan hanya sedikit di atas 2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular