Ternyata Ini Alasan RI Harus Sepakati LCS dengan China!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
06 August 2021 08:50
yuan
Foto: REUTERS/Petar Kujundzic

Corporate Marketing Director Bank of China, Handojo Wibawanto mengatakan bahwa, hubungan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok sudah terjalin sejalan lama dari hal segi ekonomi dan perdagangan.

"Jika kita bandingkan dengan tahun 2000, maka volume perdagangan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok naik 16 kali pada tahun 2020," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Handojo merinci, volume perdagangan bilateral antara Indonesia dan China sepanjang tahun 2020 mencapai US$ 78,5 miliar. Angka tersebut berasal dari nilai ekspor Indonesia ke China yang mencapai US$ 37,4 miliar atau setara 18% dari total ekspor Indonesia pada 2020.

Sementara itu dari sisi kinerja impor dari Tiongkok ke Indonesia sepanjang tahun lalu tercatat US$ 39,7 miliar atau kurang lebih 28% dari total Impor Indonesia tahun 2020.

"Angka ini mengalami kenaikan darintahun sebelumnya karena komoditas yang dibutuhkan oleh Tiongkok," ujarnya.

Hubungan bilateral kedua negara tak hanya dari sisi perdagangan melainkan juga sisi potret investasi China di Indonesia selalu menduduki posisi lima besar.

Bahkan pada 2020 nilai investasi dari Tiongkok di Indonesia mencapai US$ 4,8 miliar. "Sehingga dalam waktu 6 tahun saja peringkat Tiongkok sebagai investor di Indonesia mencapai peringkat dari nomor 9 ke nomor 2."

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal menilai volatilitas rupiah terhadap yuan lebih rendah dibandingkan terhadap dollar AS.

Selain itu, apabila yuan mengalami volatilitas, hal tersebut tidak akan terjadi dalam jangka pendek. Volatilitas yuan yang lebih rendah tersebut menjadi salah satu faktor pendorong penerapan mata uang lokal atau local current settlement (LCS) Indonesia-Tiongkok.

Faktor varies composition juga menjadi penentu LCS Indonesia-Tiongkok. Variasi dolar AS, kata dia tidak terlalu mengusik pergerakan nilai tukar rupiah, seperti, seperti inflasi dolar AS yang saat ini berada pada level tertinggi sejak 2008. Hal itu tidak tertangkap oleh rupiah.

"Variasi rupiah dan IHSG lebih banyak ditentukan variasi regional dan domestik. Tapi kalau kita ambil yuan Tiongkok, itu lebih kuat hubungannya dengan pergerakan dari nilai tukar rupiah dan beberapa selected macro indicators lainnya," ujar Fithra.

Oleh karena itu, Fithra sepakat bahwa LCS Indonesia dan China akan membawa keuntungan besar untuk kedua negara, karena intensitas perdagangan ke depan akan mengarah ke ASEAN.

"Ini kan kita memangkas ongkos transaksi tidak usah mutar-mutar terlalu jauh, orang kita dagang dengan Tiongkok kenapa pakai dolar AS. Jadi dalam konteks bilateral trade atau bahkan kita bicara regional trade, ini akan jauh lebih sahih apabila kita menggunakan LCS ini," ujarnya.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular