Internasional

Wah! Ramai-ramai Crazy Rich Asia Bidik Proyek 'Hijau' di RI

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
06 August 2021 07:20
Isara Vongkusolkit, dok Youtube: Elite Plus
Foto: Isara Vongkusolkit, dok Youtube: Elite Plus

Sunseap didirikan pada tahun 2011 dan kian berkembang pesat sebagai produsen energi surya terkemuka, dengan lebih dari 2 gigawatt daya puncak proyek energi ini disewakan di seluruh Asia.

Pada Maret lalu, perusahaan menyelesaikan instalasi sel surya terapung di Singapura, yang mana mereka juga telah memasang panel surya di lebih dari 3.000 atap bangunan.

Dengan Amazon dan Microsoft termasuk dalam daftar kliennya, Sunseap menyatakan mereka mengharapkan pembangkit listrik tenaga surya di Batam dapat menghasilkan lebih dari 2.600 gigawatt jam listrik (GWh) per tahun.

Ini berpotensi mengurangi lebih dari 1,8 juta metrik ton karbon per tahun.

Sebagai gambaran, pengurangan ini setara dengan mengeliminasi lebih dari 400.000 mobil di jalanan setiap tahun.

"Proyek hyperscale [skala raksasa] ini merupakan tonggak penting bagi Sunseap yang dilaksanakan segera setelah [Sunseap] menyelesaikan instalasi sel surya terapung lepas pantai Singapura pertama di sepanjang Selat Johor," kata salah satu pendiri dan CEO Sunseap, Frank Phuan, dalam pernyataan resmi.

"Kami percaya bahwa sel surya terapung akan sangat membantu mengatasi kendala [akan kurangnya] lahan yang dihadapi bagian [wilayah] perkotaan di Asia Tenggara dalam pemanfaatan energi terbarukan," katanya.

Perusahaan-perusahaan lain di wilayah ASEAN juga telah meningkatkan investasi pada sumber EBT karena komitmen pemerintah yang mulai berusaha untuk menghentikan pembangkit listrik yang menggunakan batu bara dan bahan bakar fosil lainnya.

AC Energy, unit usaha energi terbarukan dari konglomerat tertua Filipina, Ayala Corp, mengatakan pada Rabu pekan lalu, bahwa pihaknya menginvestasikan US$ 445 juta (Rp 6,45 triliun) untuk membangun lima ladang angin (serangkaian turbin angin yang berada di lokasi yang sama untuk memproduksi energi dari energi angin) di Vietnam.

Kapasitas tahunannya secara gabungan yang dapat menghasilkan listrik sebesar 440 megawatt (MW).

Perusahaan dan mitranya sudah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya dan angin di Vietnam, menghasilkan 525 MW per tahun.

Grup memiliki target untuk membangun kapasitas energi terbarukan sebesar 5.000 megawatt di seluruh wilayah Asia Tenggara pada tahun 2025.

Di Asia Tenggara, Filipina adalah salah satu negara yang paling bergantung pada bahan bakar fosil, dengan lebih dari setengah total produksi listrik mereka pada tahun 2020 berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara.

Sebelumnya, salah satu pembangkit listrik terbesar di Filipina, San Miguel Corp, mengumumkan akan menghentikan proyek-proyek batu bara baru dari rencana ekspansinya. Hal ini dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan transisi menuju energi rendah karbon di masa depan.

Miliarder yang juga Presiden San Miguel Corp Ramon Ang mengatakan bahwa perusahaannya telah menginvestasikan US$ 1 miliar (Rp 14,5 triliun) untuk membangun 31 fasilitas penyimpanan energi baterai baru, dengan kapasitas terukur 1.000 megawatt, di seluruh negeri.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular