
Dolar Australia di Bawah Rp 10.600, Investor Cairkan Cuan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (5/8/2021), bangkit dari level terendah dalam nyaris 8 bulan terakhir, meski masih tertahan di bawah Rp 10.600/AU$. Rilis data yang cukup bagus dari Australia memicu aksi short covering, sebab dolar Australia sudah turun tajam dalam beberapa bulan terakhir.
Pada pukul 10:21 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.592,13, dolar Australia menguat 0,31% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Di awal tahun ini, dolar Australia sebenarnya menunjukkan kinerja impresif, dengan terus menanjak hingga menyentuh Rp 11.332,31/AU$, level tertinggi sejak 27 Juni 2014 saat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa Rp 11.422,4/AU$.
Artinya, pada pertengahan April lalu, Mata Uang Negeri Kanguru ini berjarak kurang dari 1% untuk mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Tetapi kenyataannya, setelah mencapai Rp 11.332,31/AU$, dolar Australia malah terus merosot hingga menyentuh 10.545,04 kemarin. Total pelemahannya sekitar 7%. Dengan pelemahan yang cukup besar tersebut, tentunya membuat pelaku pasar yang mengambil posisi jual (short) menutup posisinya guna mencairkan keuntungan, hal ini disebut short covering.
Selain itu data dari Australia pagi tadi juga cukup bagus. Biro Statistik Australia melaporkan ekspor di bulan Juni dilaporkan masih tumbuh 4% dari bulan sebelumnya, sementara impor tumbuh 1%. Dengan demikian negara dagang Australia surplus sebesar AU$ 10,496 miliar, lebih tinggi dari bulan Mei AU$ 9,269 miliar lebih tinggi dari prediksi pasar AU$ 10,45 miliar.
Sementara itu, rupiah saat ini masih dalam mode defensif jelang rilis data data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021. Kabar baiknya, Indonesia akan resmi lepas dari resesi.
Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi atau minus setidaknya 2 kuartal beruntun secara year-on-year (YoY).
PDB Indonesia sudah mengalami kontraksi 4 kuartal beruntun, dan baru akan mengalami pertumbuhan di kuartal II-2021.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB akan tumbuh 6,505% YoY.
Sebagai gambaran, konsensus pasar versi Reuters menghasilkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 6,57% YoY pada April-Juni 2021. So, dari mana pun sumbernya, sepertinya pelaku pasar meyakini bahwa ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 6,5%.
Jika rilis resminya lebih tinggi dari prediksi, tentunya akan memberikan dampak positif ke pasar finansial, termasuk ke rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah
