Aksi Buang Dolar Berlanjut! Penguatan Rupiah Tak Terbendung

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 August 2021 09:29
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat kencang melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (4/8/2021) setelah menguat 0,55% kemarin. Selain dolar AS yang masih lemah, sentimen positif dari dalam negeri juga mendongkrak kinerja rupiah.

Melansir data Refintiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung menguat 0,28% ke Rp 14.300/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas hingga tersisa 0,07% di Rp 14.330/US$ pada pukul 9:13 WIB. 

Wajar saja penguatan tersebut terpangkas, sebab dalam 2 hari terakhir, sebab jika dibandingkan posisi terakhir pekan lalu hingga ke Rp 14.300/US$, rupiah sudah mencatat penguatan 1,11%.

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan rupiah menguat dan menembus ke bawah Rp 14.300/US$ terbuka cukup lebar mengingat dolar AS yang sedang tak menarik. Sebab, pelaku pasar sedang menanti rilis data tenaga kerja AS.

Data tenaga kerja merupakan salah satu acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter, selain inflasi yang sudah dirilis pekan lalu dimana pertumbuhannya lebih rendah dari prediksi.

Data tenaga kerja AS yang akan dirilis Jumat pekan ini. Hasil polling yang dilakukan Reuters menunjukkan tingkat pengangguran AS di bulan Juni turun menjadi 5,7% dari bulan sebelumnya 5,9%. Sementara perekrutan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebanyak 880.000 orang, lebih tinggi dari bulan Mei 850.000 orang.

Hasil polling tersebut terlihat cukup bagus, tetapi data klaim tunjangan pengangguran AS yang dirilis secara mingguan belakangan ini menunjukkan peningkatan dan lebih banyak dari hasil polling, yang menjadi tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja AS.

Selain itu, hari ini akan dirilis data NFP versi Automatic Data Processing Inc. (ADP) yang kerap dijadikan acuan data tenaga kerja AS Jumat nanti. Sebelum rilis data tersebut, pelaku pasar akan hati-hati memegang dolar AS.

Jika data ADP mengecewakan, ada kemungkinan juga data tenaga kerja AS Jumat nanti juga sama. Alhasil, spekulasi The Fed tidak akan melalukan tapering di tahun ini akan semakin menguat, dan dolar AS berisiko merosot.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pasar Obligasi RI Banjir Duit

Dari internal, rupiah juga mendapat sentimen positif. Obligasi Indonesia dengan imbal hasil yang relatif tinggi sangat menarik minat investor. Penawaran yang masuk (incoming bids) dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilakukan pemerintah kemarin sebesar Rp 107,8 triliun, lebih tinggi dari lelang sebelumnya Rp 95,6 triliun, sekaligus menjadi rekor tetinggi kedua sepanjang sejarah penerbitan SUN.

Dari incoming bids tersebut, yang dimenangkan oleh pemerintah sebesar Rp 34 triliun, lebih tinggi dari target indikatif Rp 33 triliun.

Selain itu, tingkat partisipasi investor asing juga meningkat di lelang kemarin, yakni sebesar 11,6% dari sebelumnya 7,6%.

Tingginya minat terhadap obligasi Indonesia menjadi indikasi adanya aliran modal masuk ke dalam negeri, yang membuat rupiah perkasa.

Selain itu, penurunan kasus penyakit Covid-19 cukup mendongkrak sentimen pelaku pasar, dan memunculkan optimisme akan adanya pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 yang sudah diperpanjang hingga 9 Agustus mendatang.

Secara nasional, Pada hari Selasa kasus Covid-19 dilaporkan bertambah sebanyak 22.404 orang, menjadi yang terendah sejak 30 Juni lalu. Kemudian, DKI Jakarta kemarin penambahan kasusnya berada di level terendah sejak 9 Juni, yakni sebanyak 1.410 kasus. Penurunan tajam penambahan kasus tersebut membuat harapan PPKM level 4 di Jakarta akan diturunkan menjadi level 3 dalam waktu dekat, IHSG pun mampu menanjak kemarin.

Tetapi tren kasus Covid-19 nyatanya masih volatil. Kemarin, kasus baru dilaporkan sebanyak 33.900 orang, naik lebih dari 10.000 orang dibandingkan sehari sebelumnya. Meski demikian, jika dilihat dalam 7 hari terakhir, rata-rata pasien positif corona di Tanah Air bertambah 33.900 orang per hari. Turun cukup tajam dibandingkan rerata sepekan sebelumnya yakni 41.411 orang setiap harinya.

Sementara DKI Jakarta juga mencatat kenaikan kasus, kemarin dilaporkan sebanyak 1.601 orang. Tetapi kabar gembiranya, kasus aktif mengalami penurunan sebab pasien yang sembuh dilaporkan sebanyak 2.506 orang. Total kasus aktif di DKI Jakarta kini sebanyak 14.004 orang, turun jauh dari puncak 113 ribu orang pada 16 Juli lalu.

Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur DKI Jakarta, mengungkapkan saat ini tingkat keterisian ranjang rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) sudah jauh berkurang menjadi sekitar 50%. Pertengahan bulan lalu, BOR sempat mencapai 94%.

"Sebelumnya sampai antre di selasar, sekarang tinggal 50%. Kemudian keterisian ruang ICU tinggal 76%. Jadi turun cukup drastis," kata Riza, seperti dikutip dari detik.com.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular