
Cek! Ini 10 Saham Tawarkan Cuan dengan Modal di Bawah Sejuta

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah investor ritel di Indonesia kembali melesat pascapandemi Covid-19. Pembatasan kegiatan masyarakat untuk menahan laju penyebaran virus corona membuat masyarakat mulai berinvestasi di saham.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per akhir April 2021, jumlah single investor identification (SID) pasar modal mencapai 5.088.093 investor. Realisasi tersebut tumbuh 31,11% dari posisi akhir 2020 lalu yang sebanyak 3.880.753 SID. SID tersebut termasuk investor saham, reksa dana, dan obligasi.
Sebagian besar dari investor "angkatan corona" ini masih belajar dan cenderung berinvestasi dengan dana terbatas untuk menghidari risiko yang belum bisa dihitung.
Sementara itu, berinvestasi di saham, khususnya saham-saham bluechip alias saham berkapitalisasi pasar besar, nominal harganya sudah tinggi. Oleh karena itu, investor pemula cenderung bertransaksi di saham-sahm dengan harga nominal rendah untuk pembelajaran.
Misalnya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia dibanderol dengan harga Rp 30.050/unit. Hal ini artinya investor yang ingin meminang saham BBCA wajib menggelontorkan dana sebesar Rp 3.005.000.
Hal ini karena apabila investor ingin melakukan pembelian saham di pasar reguler di bursa efek, investor wajib melakukan pembelian dalam satuan lot di mana dalam satu lot saham adalah sebanyak 100 unit saham BBCA.
Saham-sahamblue chip(unggulan)lainnya juga tergolong mahal sebut saja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang dibanderol Rp 5.925/unit alias Rp 592.000, PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang dihargai Rp 4.870/unit alias Rp 487.000, hingga PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang diperdagangkan di harga Rp 3.210/unit alias Rp 321.000.
Meskipun demikian, investor ritel tak perlu berkecil hati. Nyatanya masih banyak saham-saham kelas atas yang masih dibanderol dengan harga di bawah Rp 1.000/unit yang artinya investor dapat meminang saham-saham ini dengan mahar di bawah Rp 100.000.
Berikut saham-saham dengan harga di bawah Rp 1.000/unit yang tergolong masih valuasinya dan adanya prospek kenaikan harga yang menjadi konstituen indeks IDX80, yakni indeks saham yang memiliki konstituen 80 saham saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Saham IDX 80 dibawah Rp 1.000/unit dengan harga saham paling murah secara valuasu harga dibandingkan dengan pendapatanya (PER) jatuh kepada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) bank daerah ini diperdagangkan di harga Rp 695/unit yang artinya investor hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 69.500 untuk membeli saham ini.
PER BJTM tergolong sangat murah di angka 5,82 hal ini karena meskipun pandemi, BJTM masih mampu membukukan laba Rp 448 miliar.
Selain masih tergolong murah, BJTM juga rutin membagikan dividen. Menilik dari pembagian dividen tahun lalu maka imbal hasil dividen saham BJTM di harga saat ini berada di angka 7,03% dimana angka ini sangat menarik karena berada di atas rata-rata deposito perbankan.
Selanjutnya tercatat ada 3 emiten properti dan konstruksi di daftar ini yang tergolong murah karena sudah terkoreksi parah sejak awal tahun. Muncul nama PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) di harga Rp 935 dengan valuasi PER 8,41 kali dan PBV 0,65 kali, PT Lippo Karawai Tbk (LPKR) di harga Rp 149/unit dengan PER 10,32 kali dan PBV 0,6 kali, serta PT PP Tbk (PTPP) di harga RP 840/unit dengan PER 34 kali dan PBV 0,49 kali.
Emiten properti dan konstruksi memang menjadi bulan-bulanan pasar pasca-Covid-19 menyerang yang menyebabkan penjualan rumah anjlok serta dilarangnya mal untuk beroperasi dimana emiten-emiten properti ini merangkap sebagai pengelola pusat perbelanjaan.
Akan tetapi seiring dengan perbaikan daya beli masyarakat serta stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah untuk sektor properti seperti pemotongan PPN tentunya dalam jangka panjang akan mendukung pertumbuhan sektor properti, serta harga sahamnya.
Slanjutnya secara valuasi harga dibandingkan dengan nilai buku (PBV, price to book value) saham di bawah Rp 1.000/unit dengan PBV paling murah jatuh kepada emiten media MNC GroupPT Global Mediacom Tbk (BMTR) dengan valuasi PBV 0,34 kali.
Saat ini BMTR dibanderol dengan harga Rp 262/unit yang artinya investor dapat menebus saham BMTR seharga Rp 26.200. Menariknya, emiten ini sahamnya juga dipegang oleh investor kawakan kenamanaan, Lo Kheng Hong sebanyak 6,16%.
Selanjutnya muncul 2 emiten komoditas di daftar ini yakni PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) meskipun secara valuasi PBV keduanya tergolong murah yakni masing-masing 0,51 kali dan 0,77 kali. Laba bersih kedua perusahaan tergolong mini bahkan DOID masih merugi.
Meskipun demikian perlu dicatat laba ini merupakan laba kuartal pertama 2021 dimana sebelum harga komoditas batu bara dan minyak mentah naik gila-gilaan. Tentunya dengan kenaikan harga produk komoditasnya kinerja keuangan Q2 kedua perusahaan berpotensi berbalik arah membukukan keuntungan besar dan berpotensi mendorong harga sahamnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi