IHSG Ambles Lagi! Asing Lepas INDF-BMRI & Koleksi ASII-EMTK
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terjatuh pada perdagangan Jumat (30/7/2021) akhir pekan sekaligus akhir Juli tahun ini. Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup merosot 0,83% ke level 6.070,04, mengikuti pergerakan bursa saham Asia.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini masih mengalami kenaikan, yakni menjadi Rp 15,4 triliun. Namun investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 354 miliar di pasar reguler. Sebanyak 194 saham menguat, 325 saham melemah dan 137 lainnya stagnan.
Dari daftar net sell, saham emiten gas negara, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menjadi yang paling banyak dilepas oleh asing pada hari ini, yakni mencapai Rp 144 miliar.
Selain itu, asing juga tercatat melepas tiga saham bank Himbara sekaligus bank berkapitalisasi pasar terbesar (big cap), yakni saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Berikut saham-saham yang dilepas oleh investor asing pada hari ini.
Sementara dari daftar net buy, asing juga tercatat mengoleksi beberapa saham, di mana dua diantaranya merupakan saham big cap, yakni PT Astra International Tbk (ASII) dan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Selain itu, asing juga masih mengoleksi saham pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan saham produsen semen Tiga Roda, yakni PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP). Adapun saham-saham yang dikoleksi oleh investor asing pada hari ini adalah:
Bursa Asia lagi-lagi bergerak ke zona merah pada perdagangan hari ini, setelah perdagangan kemarin sempat pulih dan ditutup cerah bergairah.
Indeks Nikkei ditutup ambruk 1,8%, Hang Seng Hong Kong kembali ambles 1,35%, Shanghai Composite China melemah 0,42%, Straits Times Singapura turun tipis 0,01%, dan KOSPI Korea Selatan ambrol 1,24%.
Sejatinya dari dalam negeri, kabar positif bagi pasar muncul dari pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan tidak akan melakukan karantina wilayah (lockdown). Kebijakan tegas ini memang efektif menghentikan peredaran virus, tetapi sulit dilakukan di Indonesia.
"Sekali lagi kita ini selalu yang kita jalanan sisi kesehatannya bisa kita tangani, tetapi sisi ekonominya juga pelan-pelan kita jalankan. Nggak bisa kita tutup seperti negara lain. Lockdown itu artinya ditutup total," ujar dia.
Kebijakan karantina wilayah jika dijalankan berkonsekuensi pada terhentinya ekonomi di wilayah itu, dan membengkaknya APBN (karena pemerintah wajib memasok kebutuhan dasar warga di wilayah terdampak secara gratis). Padahal, kas sedang defisit dan utang membumbung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)