Spekulator Jual Semua Mata Uang Asia, tapi Ada Kabar Baik nih

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 July 2021 15:09
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Sesuai dengan perkiraan pasar, The Fed pada Kamis dini hari mempertahankan suku bunga sebesar 0,25%, dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar.

Tetapi bulan hal tersebut yang dilihat pelaku pasar, melainkan tapering atau pengurangan nilai QE akan dilakukan. The Fed masih belum memberikan detail dari tapering, malah memberikan kesan belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Alhasil, dolar AS terpuruk.

The Fed melihat perekonomian AS semakin kuat, tapi masih perlu melihat kemajuan substansial lebih lanjut, khususnya untuk pasar tenaga kerja dan inflasi, sebelum memulai tapering.

"Kami menggunakan pendekatan yang setransparan mungkin. Kita belum mencapai kemajuan substansial lebih lanjut," kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (29/7/2021).

Sementara itu untuk pasar tenaga kerja, Powell mengatakan masih perlu lebih kuat lagi, sebelum memulai tapering.

"Saya ingin melihat pasar tenaga kerja lebih kuat lagi dalam beberapa bulan ke depan sebelum memulai mengurangi QE yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan," kata Powell.

Kepala ekonom Bank of America, Michelle Meyer memprediksi The Fed akan mengumumkan rencana tapering di akhir tahun ini, tetapi tidak menutup kemungkinan di bulan September. Dan tapering resmi dimulai di awal tahun depan.

"Saya pikir The Fed masih mungkin mengumumkan rencana tapering di bulan September, tergantung dari data tenaga kerja. Jika sangat kuat, maka saya pikir Powell akan memberikan lebih banyak detail pada bulan September," kata Meyer.

Spekulasi The Fed tidak akan melakukan tapering di tahun ini semakin menguat setelah rilis data produk domestik bruto (PDB) AS.

Departemen Perdagangan AS kemarin melaporkan PDB tumbuh 6,5% di kuartal II, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya 6,3%, tetapi jauh di bawah estimasi Dow Jones sebesar 8,4%.

Indeks dolar AS pun ambrol 0,5%, dan sudah merosot dalam 4 hari beruntun. Indeks yang dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS ini berada di level terendah dalam 1 bulan terakhir, bahkan tidak menutup kemungkinan terus mengalami penurunan jika data ekonomi AS, khususnya inflasi menunjukkan pelambatan dan pasar tenaga kerja yang kembali memburuk.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular