
Waspada! 8 Saham Masuk Radar Bursa Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan delapan saham dalam pengawasan khusus karena pergerakan harga saham di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA) sejak awal pekan ini, pada periode perhitungan 26-29 Juli 2021.
Bursa 'menyalakan radar' pengawasan lantaran delapan saham tersebut mengalami lonjakan harga yang signifikan.
Pada 26 Juli, BEI memberi peringatan kepada empat emiten masing-masing adalah PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA), PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO), PT Ladang Baja Murni Tbk (LABA) dan perusahaan media multiplatform PT Mahaka Media Tbk (ABBA).
Selanjutnya tanggal 27 Juli peringatan diberikan pada PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO) dan PT Bank Ganesha Tbk(BGTG), tanggal 28 Juli kepada PT Boston Furniture Industries Tbk (SOFA) dan terbaru tanggal 29 Juli lalu peringatan diberikan kepada PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA).
Beberapa perusahaan yang sedang dipantau BEI memang mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, seperti emiten produsen baja, PT Ladang Baja Murni Tbk (LABA) yang harga sahamnya meningkat drastis dalam 7 hari perdagangan (8-19 Juli 2021). Peningkatan tersebut mencapai 86,84% sebelum akhirnya masuk pengawasan bursa pada 26 Juli.
Selain itu saham perusahaan yang didirikan Menteri BUMN, Erick Thohir, PT Mahaka Media Tbk (ABBA) juga mengalami kenaikan harga fantastis selama 7 hari perdagangan (16-27 Juli 2021).
Harga saham ABBA melonjak dari posisi Rp 274/saham pada penutupan perdagangan 16 Juli menjadi senilai Rp 590/saham pada penutupan perdagangan Selasa (27/7) atau meningkat 115%.
Selanjutnya ada saham emiten yang bergerak di industri alat telekomunikasi, YELO, yang harga sahamnya juga tiba-tiba mengalami kenaikan signifikan dari semula pergerakan harganya stagnan berada di bawah level Rp 150 per saham.
Harga saham tersebut pertama kali naik drastis pada perdagangan Kamis (22/7), pada medio 21-28 Juli 2021 atau dalam 6 hari perdagangan saham ini telah meningkat 108%.
Emiten selanjutnya adalah bank yang sahamnya sempat disarankan melalui cuitan di akun Twitter oleh Anak Presiden, Kaesang Pangarep, yang juga merupakan influencer pasar modal.
Saham BGTG mulai bergerak liar pada pertengahan bulan Juli, dari 14 Juli hingga penutupan perdagangan tanggal 26 Juli harga saham ini melesat hingga 106%.
Selanjutnya ada saham emiten mebel Boston Furniture (SOFA) yang perdagangannya diawasi BEI setelah harga sahamnya naik signifikan bulan ini.
Sebelumnya saham SOFA stagnan bergerak di harga sekitar Rp 100 per saham atau kurang, Ketika akhirnya masuk radar bursa pada perdagangan tanggal 28 Juli saham ini ditutup di harga Rp 258 per saham. Dalam sebulan saham ini telah mengalami kenaikan harga hingga 167%.
Saham terakhir dan terbaru yang masuk pengawasan adalah emiten klub bola Bali United (BOLA) yang selama dua pekan lebih sebelum masuk radar bursa selalu ditutup di zona hijau.
Bahkan secara beruntun tiga hari terakhir (27-29 Juli) saham mengalami auto rejection atas (ARA) yang mana harga sahamnya meningkat 25%. Selama sebulan terakhir saham ini telah melesat hingga 163%.
Pada perdagangan sesi-I Jumat (30/7) pukul 11.07 WIB enam dari delapan perusahaan tersebut tercatat bergerak di zona hijau sedangkan dua sisanya tercatat stagnan.
Masing-masing adalah saham BOLA yang kembali ARA atau meningkat 25%, YELO naik 6,85%, ABBA naik 6,03%, BGTG naik 4,80%, LABA naik 4,65% dan BOGA tercatat naik tipis 0,73%. Dua saham lain yang harganya tidak mengalami perubahan pada pukul 11,07 WIB adalah NATO dan SOFA.
Menurut BEI, pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Namun sehubungan dengan terjadinya UMA, maka Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan transaksi saham-saham tersebut.
Karenanya, otoritas bursa menyarankan para investor untuk memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi Bursa dan mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.
Selain itu, para pelaku pasar juga perlu mengkaji kembali rencana corporate action emiten apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BEI Pantau Ketat Perdagangan Saham MLIA, CYBR dan SOLA