The Fed 'Adem' & Covid RI 'Panas', Rupiah Volatil Lagi deh...

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 July 2021 09:32
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah pada Rabu kemarin (28/7) bergerak volatil, keluar masuk zona merah sepanjang perdagangan sebelum akhirnya menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS). Hal yang sama bisa terjadi lagi pada Kamis (29/7/2021), yang sudah terlihat pada awal perdagangan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,03% di Rp 14.480/US$, setelahnya rupiah balik melemah 0,07% ke Rp 14.495/US$.

Pergerakan tersebut terjadi setelah bank sentral AS (The Fed) mengumumkan kebijakan moneter dini hari tadi. Dolar AS dibuat jeblok lagi.

Indeks dolar AS yang sebelumnya menguat 0,34% langsung berbalik arah dan melemah 0,12% pada perdagangan Rabu. Pagi ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut juga turun lagi 0,05%, sebabnya The Fed belum memberikan kejelasan kapan tapering akan dilakukan.

The Fed mengatakan masih perlu melihat kemajuan substansial lebih lanjut terkait inflasi dan pasar tenaga kerja sebelum mulai melakukan tapering. Meski demikian, The Fed menyatakan perekonomian AS semakin membaik dan penyebaran virus corona delta tidak akan memberikan dampak signifikan.

"Saya ingin melihat angka tenaga kerja yang kuat dalam beberapa bulan ke depan sebelum mengurangi besaran pembelian aset," tegas Ketua The Fed, Jerome Powell, seperti dikutip dari Reuters.

The Fed yang masih "adem" dalam pengumuman kebijakan moneter kali ini memberikan sentimen positif bagi rupiah.

Tetapi sayangnya penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Republik Indonesia "panas" lagi dengan mendekati 50.000 orang per hari.

IDRFoto: Datawrapper

Kemarin, jumlah kasus baru dilaporkan sebanyak 47.791 orang, naik dari hari sebelumnya 45.203 orang. Padahal di hari Senin penambahan kasus baru berada di bawah angka 30.000, menjadi yang terendah dalam 3 pekan terakhir.

Jika kasus Covid-19 masih terus tinggi, tentunya ada risko pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 yang lebih luas ditunda.

Hal tersebut tentunya berisiko membuat perekonomian Indonesia tertekan lagi di kuartal III-2021. Radhika Rao, Ekonom DBS, bahkan memprediksi adanya kontraksi di kuartal ini.

"Kami masih memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh secara quarter-to-quarter (qtq) pada kuartal II, tetapi akan ada kontraksi pada kuartal III. Dengan demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 kami revisi menjadi 3,5% dari sebelumnya 4%," ungkap Rao.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular