
Fenomena Konglomerasi RI Serbu Bisnis Digital & Teknologi

Jakarta, CNBC Indonesia- Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda muncul sebuah fenomena yang menarik yakni tech boom yang terjadi di mana-mana baik di negara maju seperti AS hingga emerging market seperti Indonesia.
Keterbatasan ruang gerak masyarakat dan minimnya akses terhadap bisnis konvensional yang terpaksa ditutup atau tak dapat beroperasi secara penuh dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan-perusahaan teknologi.
Hal-hal dasar seperti belanja baik untuk leisure maupun kebutuhan pokok, pembelajaran, konsultasi dokter, pembayaran dan sektor finansial, hingga hiburan kini semua dilakukan secara daring.
Prospek usaha sektor teknologi juga masih cerah ke depan. Bahkan di tengah kontraksi perekonomian Indonesia sebesar 2,1% tahun lalu akibat pandemi, ekonomi digital yang 'kue' nya masih kecil masih mampu tumbuh dobel digit.
Hal inilah yang dimanfaatkan oleh para taipan-taipan dan konglomerat di Indonesia yang mulai beralih ke bisnis digital. Siapa saja kah grup konglomerasi yang sudah mulai masuk ke sektor ini ?
Lippo Group
Bukan baru-baru ini Group Lippo masuk berinvestasi di sektor teknologi. Sejatinya pergerakan grup yang dikendalikan oleh taipan Mochtar Riady ini sudah terjadi sebelum hype mengenai teknologi datang baru-baru ini.
Tentunya layanan keuangan digital asal Indonesia yang bernama OVO sudah tak asing lagi bagi masyarakat urban di kota-kota besar di Indonesia. PT Visionet Internasional (OVO) merupakan salah satu perusahaan digital yang didirikan dan dibesarkan di bawah naungan Lippo Group. Meskipun dikabarkan kepemilikan mayoritas Lippo di OVO sudah dijual kepada Grab, Lippo masih menjadi pemegang saham minoritas di aplikasi gerbang pembayaran ini.
Selain OVO, Lippo Group melalui PT Multipolar Tbk (MLPL) yang berfokus pada investasi sektor teknologi, retail, financial serta venture capital juga telah melakukan investasi di sejumlah startup seperti Klinik Pintar dan Ruangguru.
Klinik Pintar merupakan perusahaan startup di bidang kesehatan yang menghadirkan program digitalisasi layanan kesehatan berbasis kemitraan, sedangkan Ruangguru (PT Ruang Raya Indonesia) merupakan perusahaan startup yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan daring.
Lippo Group melalui anak usaha MLPL yang bernama PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) juga menjajaki potensi bisnis di bidang data center. Bisnis data center tersebut akan digarap oleh PT Graha Teknologi Nusantara Informasi.
Tidak hanya itu, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) turut mengembangkan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) di bidang properti dan mobilitas. Sebagai langkah awal, LPKR akan menerapkan teknologi tersebut di Lippo Karawaci, disusul oleh Lippo Cikarang, Meikarta, Lippo Mall Kemang, serta pusat perbelanjaan Lippo lainnya.
Selain itu Group Lippo juga memiliki modal ventura bernama Venturra Capital yang fokus pada investasi di startup di bawah naungan Lippo Group. Saat ini Venturra Capital sudah berinvestasi di Zilingo, ruangguru.com, Luno, Shopback, kaodim, Sociolla, Bride Story, Grab, Fabelio hingga TADA.
Salim Group
Turut bergabung dalam pusaran bisnis teknologi informasi digital adalah Salim Group yang merupakan salah satu konglomerasi terkaya dan tertua di Indonesia. Perusahaan yang dikendalikan oleh Anthony Salim tersebut melihat potensi besar pada bisnis ekonomi digital yang prospek pertumbuhanya masih sangat baik di Indonesia.
Group Salim berinvestasi di situs belanja iLotte (PT Indo Lotte Makmur) yang merupakan perusahaan belanja daring patungan antara Salim Group dan Lotte Group asal Korea Selatan.
Bukan hanya iLotte, Salim Group juga memiliki situs online Lazada dan Zalora lewat kepemilikan Salim Group di Rocket Inc, serta membeli 50% saham di Elevenia.
Franciscus Welirang, Direktur PT Indofood Sukses Makmur (INDF) menyebut Salim Group memiliki beberapa perusahaan penunjang seperti CBN Group yang menyediakan layanan internet dan digital, PT Rintis Sejahtera, yang merupakan penyedia jaringan ATM Prima.
Tidak hanya itu, Salim Group bekerja sama dengan Youtap Global asal Selandia Baru, meluncurkan perusahaan finansial bernama Youtap yang melayani bisnis e-money dan sejenisnya. Salim Group juga mengembangkan teknologi biometrik dengan mendirikan perusahaan patungan bersama Liquid Inc Japan.
Perusahaan yang bernama PT Indoliquid Technology Sukses (Indoliquid) ini nantinya akan mengkombinasikan teknologi yang mampu melakukan otentikasi biometrik dalam skala besar dengan tingkat akurasi dan kecepatan tinggi.
Selanjutnya, untuk mendukung dan mengakselarasi bisnis digitalnya, Salim Group juga menggandeng PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang memiliki pengalaman luas dalam hal teknologi dan operasionalisasi data center. Tercatat sebelumnya Anthony Salim menambah kepemilikan di saham DCII dari 3% menjadi 11%.
Kabar terbaru dari bisnis teknologi informasi digital Salim Grup adalah proyek digital dari bank milik Salim Group yaitu PT Bank Ina Perdana, Tbk (BINA). Direncanakan sebelum akhir tahun 2021, BINA akan merampungkan rencana bisnis pelayanan bank yang berbasis digital.
Sinar Mas Group
Sinar Mas Group turut serta bergabung dalam bisnis teknologi digital. Salah satu bisnis teknologi Sinar Mas yang muncul di emiten yang telah lama melanglang buana di bursa tanah air yakni PT Smarfren Telecom Tbk (FREN) yang menyediakan layanan telekomunikasi jaringan nirkabel.
Selanjutnya, Sinar Mas Group mengembangkan kawasan Digital Hub di BSD City yang membebaskan para startup, tech leader dan komunitas digital untuk berinovasi. Pendanaan langsung Sinar Mas Group pada teknologi digital salah satunya dengan menggandeng Grab dalam pengembangan Grab Innovation and Engineering Lab di BSD City.
Selain itu, Sinarmas juga berinvestasi pada SehatQ melalui perusahaan pendanaan Latitude Venture Partners (LVP). SehatQ adalah startup bidang kesehatan yang memberikan informasi kesehatan dengan referensi yang jelas dan kredibel.
MNC Group
Tidak mau ketinggalan, MNC Group milik Hary Tanoe juga bergerak cepat masuk ke dalam arus pusaran bisnis teknologi digital Tanah Air. MNC Group berencana menerapkan teknologi Artificial Intelligence (AI) pada seluruh produk digitalnya. Hary Tanoesudibjo mengatakan bahwa iya yakin penerapan AI akan mendorong MNC Group untuk melesat kencang dan meninggalkan kompetitornya.
MNC Group yang merupakan salah satu raksasa di dunia penyiaran mulai menerapkan bisnis teknologi digital seperti media Pay TV dan Broadband.
Tidak hanya didunia penyiaran, MNC Group juga tengah bergerak gesit melalui PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) dalam kompetisi di sektor perbankan digital di Indonesia.
Terbaru MNC Group baru saja merampungkan produk digital banking BABP yang dinamai dengan Motion Banking yang direncanakan akan di integrasikan dengan seluruh lini bisnis MNC Group
MNC Bank juga telah menjalin kerjasama dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk, melalui anak usahanya PT Jasamarga Related Business (JMRB) dalam rangka pengembangan bisnis sector property dan konten digital.
Ciputra Group
Berbeda dengan para konglomerasi yang terjun langsung ke dunia bisnis digital, Ciputra Group justru membangun pusat inkubasi dan wirausaha yang menjadi pusat pelatihan dan pendidikan calon wirausahawan di segala sector termasuk sektor bisnis digital.
Alih-alih ikut berinvestasi di perusahaan unicorn atau startup lainnya, Ciputra mengatakan akan fokus untuk berinvestasi kepada startup atau wirausahawan yang dididik sendiri.
Selain itu Ciputra Group juga memiliki Emiten Teknologi Informasi dan Komunikasi yang bergerak di bidang solusi digital serta distribusi hardware dan software yakni PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) dengan kepemilikan 25,8% melalui Ciputra Corpora.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DMMX Cuan Ratusan Miliar dari Saham Rahasia, Kok Bisa?