Angka Inflasi Naik, Kurs Dolar Australia Bisa Makin Murah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 July 2021 11:58
FILE PHOTO: Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz/File Photo
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Australia merilis data inflasi kuartal II-2021 pada hari ini, yang menjadi salah satu acuan bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) memutuskan kebijakan moneter.

Data inflasi tersebut menunjukkan kenaikan, tetapi nyatanya dolar Australia masih melemah melawan rupiah. Pergerakan tersebut menunjukkan dolar Australia bisa turun makin dalam lagi.

Pada Rabu (28/7/2021), pukul 11:21 WIB AU$ 1 setara Rp 10.655,84, dolar Australia melemah tipis 0,08% di pasar spot, melansir data Refintiv.

Biro Statistik Australia pagi tadi melaporkan inflasi di kuartal II-2021 tumbuh 0,8% dari kuartal sebelumnya. Rilis tersebut lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0,7%.

Sementara jika dibandingkan dengan kuartal II-2020, inflasi meroket 3,8%, naik tajam dibandingkan kuartal sebelumnya 1,1%.

Sementara itu inflasi inti yang tidak memasukkan item volatil tumbuh 0,5%, sesuai dengan prediksi. Sementara itu jika dibandingkan tahun lalu inflasi inti tumbuh 1,6%.

RBA menetapkan target inflasi inti sebesar 2% hingga 3% sebelum mulai menaikkan suku bunga. Meski demikian ING memperkirakan kenaikan tajam inflasi hanya bersifat sementara, dan tidak akan merubah proyeksi RBA jika inflasi baru akan mencapai target pada tahun 2024.

"Inflasi saat ini masih belum mencapai target. Kami ingin melihat inflasi mencapai target sebelum menaikkan suku bunga," kata Gubernur RBA Philip Lowe, sebagaimana dilansir Reuters awal bulan ini.

Artinya, suku bunga di Australia tidak akan naik hingga 2 tahun ke depan. Selain itu, perekonomian Australia banyak yang memprediksi akan melambat di kuartal III-2021, bahkan bisa mengalami kontraksi lagi.

Berbalik arahnya perekonomian membuat pelaku pasar memperkirakan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) batal mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

RBA saat ini menggelontorkan program pembelian aset (Quantitative Easing/QE senilai AU$ 5 miliar per pekan, dan akan berakhir pada September mendatang. Dalam rapat kebijakan moneter bulan ini, RBA memutuskan memperpanjang QE tersebut dengan mengurangi nilai pembelian menjadi AU$ 4 miliar per pekan.

"Yield obligasi bergerak turun bukan naik akibat pengetatan lockdown di dua negara bagian yang penting untuk perekonomian, hal tersebut memicu perdebatan RBA akan menunda mengurangi nilai QE di bulan September," kata Magdalene Teo, analis dari Julius Baer, sebagaimana dikutip poundstelring live, Kamis (22/7/2021).

Sementara itu dolar Australia diprediksi akan melemah lebih dalam lagi oleh Commonwealth Bank of Australia (CBA).

"Kami perkirakan dolar Australia akan terkena dampak yang besar setelah pelaku pasar melihat outlook perekonomian global memburuk," kata Kim Mundy, ahli stratgi di CBA, sebagaimana dilansir poundsterling live, Rabu (21/7/2021).

Mundy dan timnya di CBA kini mengantisipasi penurunan dolar Australia yang lebih dalam, sebab momentum pemulihan ekonomi global meredup, serta kemungkinan respon kebijakan moneter RBA.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular