Awas! IHSG Volatil seperti Kasus Covid-19 di Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sekali lagi bergerak volatil, sempat menguat 0,63% kemudian berbalik melemah 0,62% dan akhirnya menutup perdagangan di 6,097,049 atau melemah 0,15%.
Volatilnya pergerakan IHSG tersebut sama dengan penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia, yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG pada hari ini, Rabu (27/1/2021).
Pada hari Senin, kasus Covid-19 penambahan kasus Covid-19 dilaporkan di bawah 30.000 orang, tepatnya 28.228 orang. Penambahan tersebut merupakan yang terendah sejak 4 Juli lalu, dan memunculkan harapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 akan kembali dilonggarkan pekan depan.
Tetapi, kemarin kasus Covid-19 dilaporkan melonjak lagi, sebanyak 45.203 orang. Selain itu ada 2.069 orang yang meninggal, menjadi yang terbanyak sepanjang pandemi melanda Indonesia. Jumlah kematian tersebut juga menjadi yang terbanyak di dunia kemarin.
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menyatakan ada yang mengkhawatirkan dari penanganan Covid-19 di Tanah Air.
Pasalnya, dengan tes yang tergolong rendah, namun ditemukan banyak kasus positif Covid-19. Ini menunjukkan tingkat penularan Covid-19 di Indonesia masih tergolong sangat tinggi.
"Walaupun testing rendah, Indonesia masih masuk big 5. Nomor 1 AS lalu Inggris. Kita pernah di ranking pertama jadi masih amat serius, itu masih berat dan berbahaya," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (26/7/2021).
Sementara itu dari luar negeri, sentimen pelaku pasar juga kurang bagus. Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street berakhir melemah pada perdagangan Selasa waktu setempat. Pelaku pasar lebih memilih wait and see jelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Rabu waktu setempat (Kamis dini hari waktu Indonesia).
Secara teknikal, IHSG masih kesulitan mencetak strong break out di atas batas atas pola Ascending Triangle di kisaran 6.115.
Pada Kamis (22/7/2021) IHSG sukses break out melewati rerata pergerakan 100 hari (Moving Average 100/MA 100) di kisaran 6.060 hingga 6.080. MA 100 merupakan tembok tebal atau resisten yang kuat.
Beberapa kali IHSG mencoba melewatinya tetapi selalu gagal. Ini untuk pertama kalinya IHSG sukses melewati MA 100 sejak 31 Maret lalu.
Di hari yang sama, IHSG juga sukses melewati batas atas pola Ascending Triangle di kisaran 6.115, meski masih weak break out, atau penutupan candle stick masih di dekat batas atas tersebut. Sehingga, IHSG kembali ke bawahnya dalam 3 hari terakhir.
Yang paling menarik, penembusan MA 100 dan Ascending Triangle tersebut terjadi dalam satu hari dan lewat pola candle stick White Marubozu yang merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat. Secara psikologis, White Marubozu menunjukkan aksi beli mendominasi pasar.
Suatu candle stick dikatakan sebagai White Marubozu ketika harga open sama dengan low dan harga close sama dengan high.
Dengan munculnya White Marubozu peluang penguatan IHSG masih terbuka meski masih tertahan di bawah batas atas pola Ascending Triangle 6.115 sejak pada Jumat pekan lalu. Jika kembali menembus level tersebut, IHSG berpeluang menguat ke 6.140 yang kemarin sempat diuji dan berbalik turun. Jika mampu menembusnya dengan konsisten, IHSG berpeluang menuju 6.180.
Sementara jika menembus ke bawah level psikologis 6.100, IHSG berisiko turun kisaran MA 100 di 6.060. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa IHSG turun ke 6.030.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)