China Perketat Regulasi Emiten Digital, Dow Futures Melemah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
26 July 2021 18:50
Traders work on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) at the end of the day's trading in Manhattan, New York, U.S., August 27, 2018. REUTERS/Andrew Kelly
Foto: REUTERS/Andrew Kelly

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Senin (26/7/2021), merespons koreksi bursa China akibat kian ketatnya aturan Negeri Tirai Bambu tersebut terhadap perusahaan teknologi yang tercatat di AS.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average turun 106 poin dari nilai wajarnya, setelah sempat anjlok hingga 200 poin. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq juga berada di zona merah.

Pelemahan itu terjadi di tengah anjloknya bursa Hong Kong dengan indeks Hang Seng ambrol hingga 4% di tengah kekhawatiran seputar pengetatan aturan pemerintah China terhadap perusahaan digital mereka yang tercatat di negara Barat.

Pelaku pasar juga memantau rilis kinerja raksasa teknologi, di mana Tesla akan mengawali setelah penutupan pasar. Pekan lalu, CEO Tesla Elon Musk mengatakan produsen otomotif tersebut akan menerima kembali pembayaran bitcoin.

Saham emiten teknologi seperti Apple, Alphabet (induk usaha Google), Microsoft, Facebook, dan Amazon akan menyusul dengan merilis kinerja keuangannya sepekan ini.

Investor akan memantau rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan berlangsung 2 hari. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal memberikan pandangan terbaru mereka terkait kondisi ekonomi, serta peluang tapering off atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Untuk hari ini, Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan AS akan merilis data penjualan rumah baru dan The Fed Dallas akan merilis indeks aktivitas bisnis bulanan untuk sektor manufaktur di Texas.

Pada Jumat pekan lalu, Dow Jones Industrial Average naik 238,2 poin (+0,68%) ke 35.061,55 yang merupakan level tertinggi sepanjang masa dan mencetak reli tahun berjalan 14%. S&P 500 naik 44,3 poin (+1,01%) ke 4.411,79. Nasdaq tumbuh 152,4 poin (+1,04%) ke 14.836,99.

Kecemasan seputar penyebaran virus Covid-19 memicu aksi beli obligasi pemerintah AS, sehingga imbal hasil (yield) surat berharga negara AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan di pasar-melemah sepekan lalu.

Harga dan imbal hasil obligasi bergerak berlawanan arah, sehingga aksi beli-mencerminkan kekhawatiran pasar-memicu penguatan harga dan penurunan yield. Di bursa, hal ini memicu aksi beli saham teknologi, yang selama pembatasan sosial di kala pandemi justru mendapatkan berkah berupa peningkatan aktivitas pengguna.

Saham Twitter dan Snap pekan lalu melesat setelah membukukan kinerja kuartal II-2021 lebih baik dari ekspektasi pasar. Twitter pada Jumat melesat 3%, sedangkan Snap meroket hingga 24%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kebijakan Pajak Biden Perberat Pergerakan Dow Futures dkk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular