Cek Gaes! Ini Dia 5 Saham Paling 'Mahal' di Indeks LQ45

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
26 July 2021 08:05
Unilever (REUTERS/Philippe Wojazer)
Foto: Seorang pria mengambil gambar di dalam gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta (Reuters/Willy Kurniawan)

Memang, apabila melihat secara rerata PER sektor, yang sebesar 33,16 kali, PER UNVR masih lebih rendah. Namun, apabila menggunakan rerata PBV sektor, yang sebesar 6,42 kali, PBV UNVR sangat tinggi.

Unilever Indonesia sendiri baru saja melaporkan kinerja semester I 2021 yang masih tertekan. Laba bersih UNVRper Juni tercatat sebesar Rp 3,05 triliun, turun 15,75% dari periode yang sama tahun lalu Rp 3,62 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat ini (23/7), penurunan laba bersih seiring dengan koreksi pendapatan di periode 6 bulan ini. Pendapatan UNVR tercatat Rp 20,18 triliun, turun 7,30% dari Juni 2020 sebesar Rp 21,77 triliun.

Manajemen Unilever Indonesia menyampaikan, pertumbuhan pasar FMCG(Fast Moving Consumer Goods)belum sepenuhnya pulih karena pandemi Covid-19. Ini yang menyebabkan konsumen masih berhati-hati dalam memilih pola konsumsi di beberapa kategori basic.

Di bawah saham UNVR ada saham emiten menara telekomunikasi yang terafiliasi dengan Grup Saratoga milik Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya, TBIG. PER TBIG tercatat sudah sangat tinggi, yakni 67,74 kali. Rasio PBV saham ini juga sudah di atas 1 kali, yakni 7,77 kali.

Bila dibandingkan dengan rerata PER sektor yang sebesar 52,15 kali, saham TBIG tetap masih 'mahal'. Demikian pula, apabila disandingkan dengan PBV sektor 3,74 kali, rasio PBV saham emiten yang melantai di bursa pada Oktober 2010 ini juga masih termasuk tinggi.

Memang kenaikan harga saham TBIG selama setahun terakhir maupun secara year to date (ytd) ikut membuat nilai PER-nya membumbung tinggi. Dalam setahun saham TBIG 'terbang' 186,49%, sementara secara ytd saham ini melonjak 95,09%.

Mengenai kinerja fundamental, TBIG, membukukan laba bersih sebesar Rp 265,90 miliar pada periode kuartal pertama tahun ini.

Laba bersih tersebut tercatat mengalami kenaikan sebesar 16,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 228,53 miliar.

Kenaikan laba bersih TBIG tersebut sejalan dengan kenaikan pendapatan perseroan sebesar 12,7% menjadi 1,42 triliun dengan perolehan EBITDA sebesar Rp 1,23 triliun.

Di posisi ketiga, saham emiten pengelola rumah sakit (RS) Mitra Keluarga, MIKA, juga tergolong punya PER dan PBV yang tinggi. PER saham MIKA tercatat sebesar 29,95 kali, sementara rasio PBV-nya 7,24 kali.Nilai PER memang lebih rendah dari rerata PER sektor ( 150,54 kali), tetapi nilai PBV saham MIKA masih lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan rerata rasio PBV sektor (7,61 kali).

Sepanjang kuartal I 2021, MIKA mencatatkan kenaikan laba bersih mencapai 59,15% menjadi Rp 316,34 miliar. Kenaikan laba bersih tersebut diiringi dengan melesatnya penjualan dan pendapatan usaha sebesar 37,62% menjadi Rp 1,20 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Asal tahu saja, indeks LQ45 adalah indeks pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu di antaranya termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan kapitalisasi pasar tertinggi dalam 12 bulan terakhir, nilai transaksi tertinggi di pasar reguler dalam 12 bulan terakhir.

Selain itu, emiten tersebut telah tercatat di BEI selama minimal 3 bulan, memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang tinggi, serta mengalami penambahan bobot free float (saham publik) menjadi 100% yang sebelumnya hanya 60% dalam porsi penilaian. Indeks LQ45 dihitung setiap 6 bulan oleh Divisi Riset BEI.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular