Cek Gaes! Ini Dia 5 Saham Paling 'Mahal' di Indeks LQ45

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
26 July 2021 08:05
BEI
Foto: Seorang pria mengambil gambar di dalam gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta (Reuters/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks LQ45 acapkali menjadi acuan para manajer investasi dan investor institusi kelas kakap. Ini lantaran indeks ini 'berpenghuni' 45 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar besar dan paling liquid di pasar.

Di samping itu, yang juga disoroti para investor dalam indeks ini ialah fundamental perusahaan yang kokoh dan prospek emiten yang cerah ke depannya.

Memang, selain para investor institusi, investor ritel juga gemar mengoleksi saham-saham LQ45. Selain poin-poin yang telah tercantum di atas, para investor juga mempertimbangkan harga suatu saham; apakah saham X, misalnya, sudah 'kemahalan' atau overvalued, sesuai, atau malah 'murah' alias undervalued.

Namun, seperti halnya di indeks Bursa Efek Indonesia (BEI) lainnya, tidak semua saham-saham penghuni 'elite club' LQ45 memiliki valuasi yang 'murah'.

Nah, lantas, apa saja saham-saham LQ45 yang sudah termasuk 'mahal'?

Di dalam tulisan ini Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara ringkas 5 besar saham LQ45 yang memiliki valuasi yang 'mahal'.

Untuk melihat rasio harga tersebut Tim Riset CNBC Indonesia memakai dua metode, yakni Price Earning Ratio (PER) dan Price to book value (PBV) yang biasa digunakan sebagai analisis fundamental untuk menilai saham suatu emiten.

PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.

Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.

Sementara PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.

Berikut ini tabel 5 besar saham LQ45 dengan valuasi yang tergolong 'mahal' baik secara PER maupun PBV.

5 Saham LQ45 'Termahal'

Emiten

Kode Saham

Harga Terakhir (Rp)

PER (x)

PBV (x)

Unilever Indonesia

UNVR

4,800

30.06

45.62

Tower Bersama Infrastructure

TBIG

3,180

67.74

7.77

Mitra Keluarga Karyasehat

MIKA

2,660

29.95

7.24

Sarana Menara Nusantara

TOWR

1,330

21.49

6.24

Chandra Asri Petrochemical

TPIA

8,750

31.72

5.66

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 23 Juli 2021

Menurut data di atas, saham emiten produsen barang konsumer raksasa, UNVR, menjadi saham dengan valuasi paling 'mahal', baik secara PER maupun PBV, di antara saham LQ45 lainnya.

PER saham UNVR tercatat sebesar 30,06 kali. Sementara, PBV saham emiten produsen pasta gigi merek Pepsodent ini sangat tinggi, yakni sebesar 45,62 kali.

NEXT: Analisis PER & PBV Unilever-TBIG dkk

Memang, apabila melihat secara rerata PER sektor, yang sebesar 33,16 kali, PER UNVR masih lebih rendah. Namun, apabila menggunakan rerata PBV sektor, yang sebesar 6,42 kali, PBV UNVR sangat tinggi.

Unilever Indonesia sendiri baru saja melaporkan kinerja semester I 2021 yang masih tertekan. Laba bersih UNVRper Juni tercatat sebesar Rp 3,05 triliun, turun 15,75% dari periode yang sama tahun lalu Rp 3,62 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat ini (23/7), penurunan laba bersih seiring dengan koreksi pendapatan di periode 6 bulan ini. Pendapatan UNVR tercatat Rp 20,18 triliun, turun 7,30% dari Juni 2020 sebesar Rp 21,77 triliun.

Manajemen Unilever Indonesia menyampaikan, pertumbuhan pasar FMCG(Fast Moving Consumer Goods)belum sepenuhnya pulih karena pandemi Covid-19. Ini yang menyebabkan konsumen masih berhati-hati dalam memilih pola konsumsi di beberapa kategori basic.

Di bawah saham UNVR ada saham emiten menara telekomunikasi yang terafiliasi dengan Grup Saratoga milik Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya, TBIG. PER TBIG tercatat sudah sangat tinggi, yakni 67,74 kali. Rasio PBV saham ini juga sudah di atas 1 kali, yakni 7,77 kali.

Bila dibandingkan dengan rerata PER sektor yang sebesar 52,15 kali, saham TBIG tetap masih 'mahal'. Demikian pula, apabila disandingkan dengan PBV sektor 3,74 kali, rasio PBV saham emiten yang melantai di bursa pada Oktober 2010 ini juga masih termasuk tinggi.

Memang kenaikan harga saham TBIG selama setahun terakhir maupun secara year to date (ytd) ikut membuat nilai PER-nya membumbung tinggi. Dalam setahun saham TBIG 'terbang' 186,49%, sementara secara ytd saham ini melonjak 95,09%.

Mengenai kinerja fundamental, TBIG, membukukan laba bersih sebesar Rp 265,90 miliar pada periode kuartal pertama tahun ini.

Laba bersih tersebut tercatat mengalami kenaikan sebesar 16,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 228,53 miliar.

Kenaikan laba bersih TBIG tersebut sejalan dengan kenaikan pendapatan perseroan sebesar 12,7% menjadi 1,42 triliun dengan perolehan EBITDA sebesar Rp 1,23 triliun.

Di posisi ketiga, saham emiten pengelola rumah sakit (RS) Mitra Keluarga, MIKA, juga tergolong punya PER dan PBV yang tinggi. PER saham MIKA tercatat sebesar 29,95 kali, sementara rasio PBV-nya 7,24 kali.Nilai PER memang lebih rendah dari rerata PER sektor ( 150,54 kali), tetapi nilai PBV saham MIKA masih lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan rerata rasio PBV sektor (7,61 kali).

Sepanjang kuartal I 2021, MIKA mencatatkan kenaikan laba bersih mencapai 59,15% menjadi Rp 316,34 miliar. Kenaikan laba bersih tersebut diiringi dengan melesatnya penjualan dan pendapatan usaha sebesar 37,62% menjadi Rp 1,20 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Asal tahu saja, indeks LQ45 adalah indeks pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu di antaranya termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan kapitalisasi pasar tertinggi dalam 12 bulan terakhir, nilai transaksi tertinggi di pasar reguler dalam 12 bulan terakhir.

Selain itu, emiten tersebut telah tercatat di BEI selama minimal 3 bulan, memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang tinggi, serta mengalami penambahan bobot free float (saham publik) menjadi 100% yang sebelumnya hanya 60% dalam porsi penilaian. Indeks LQ45 dihitung setiap 6 bulan oleh Divisi Riset BEI.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapin Kocek! Ini 5 Saham Blue Chip Paling 'Mahal' di Bursa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular