IHSG Tahan Banting, Sepekan Eksis Meski Covid tak Terkendali

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
24 July 2021 13:50
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini masih cukup eksis dengan bergerak masih di zona hijau. Walaupun masih cukup apik, namun penguatannya kembali terpangkas.

Indeks bursa saham acuan nasional tersebut menguat 0,48% secara point-to-point pada pekan ini. Hanya pada perdagangan awal pekan dan akhir pekan ini yang ditutup di zona merah.

Pada Senin (19/7/2021) awal pekan ini, IHSG merosot 0,91% ke level 6.017,39 dan pada perdagangan Jumat (23/7/2021) akhir pekan ini, IHSG melemah 0,58%.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 54,9 triliun dan investor melakukan aksi beli bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp 2 triliun sepanjang pekan ini.

Pada pekan ini, sentimen yang hadir di pasar keuangan dalam negeri masih berkutat dengan pandemi virus corona (Covid-19) di dalam negeri.

Meskipun hingga saat ini kasus aktif masih cukup tinggi walaupun sudah menurun, namun IHSG mampu bertahan, bahkan berhasil kembali ke level psikologis 6.100.

Kasus positif Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan perbaikan. Hal itu terbukti dari kasus yang terus bertambah dan hari ini terpantau lebih dari 49 ribu.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI di Jakarta, Jumat (23/7/2021) hingga pukul 12.00 WIB, ada 49.071 kasus baru. Sehingga tambahan kasus tersebut membuat angka Covid-19 di Indonesia secara total menjadi 3.082.410 kasus.

Pada hari ini pula, tercatat tambahan kasus sembuh sebanyak 38.988 menjadi 2.431.911. Sayangnya, kasus kematian juga masih terus bertambah bahkan lagi-lagi mencatat rekor, dengan tambahan 1.566 menjadi 80.598 kasus kematian.

Informasi saja, kasus Covid-19 di Indonesia masih mengalami penambahan cukup tinggi. Pada Kamis (23/7/2021), penambahan infeksi harian menembus 49.509 kasus yang membuat kasus Covid-19 secara kumulatif mencapai 3 juta.

Tak hanya tambahan kasus yang lagi-lagi melonjak, tambahan kasus kematian juga juga terus merangkak naik. Dalam sehari, ada 1.449 kematian, sehingga saat ini totalnya mencapai 79.032 kasus.

Kenaikan kasus ini juga membuat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan kekhawatirannya. Lembaga dari Perserikatan Bangsa-Bangas (PBB) itu mendesak RI menerapkan penguncian yang lebih ketat dan luas untuk memerangi lonjakan infeksi dan kematian Covid-19.

WHO memperlihatkan bagaimana kasus di Indonesia menghadapi tingkat penularan yang sangat tinggi dari 12 hingga 18 Juli 2021. Ini tertulis secara jelas dalam laporan terbaru WHO yang rilis 21 Juli.

"Ini menunjukkan pentingnya penerapan kesehatan masyarakat dan langkah-langkah sosial ketat, termasuk pergerakan, di seluruh negeri," ujar WHO dalam laporan tersebut.

WHO tidak hanya memberikan himbauan namun juga data-data terbaru soal perkembangan corona di Indonesia. WHO menyertakan beberapa data peningkatan di beberapa provinsi, termasuk juga mengenai penyebaran varian Delta yang semakin mengkhawatirkan.

"Selama 12 hingga 18 Juli, 32 dari 34 provinsi melaporkan peningkatan jumlah kasus sementara 17 di antaranya mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan yakni sebesar 50%," bunyi laporan itu lagi.

Namun yang menjadi alasan IHSG mampu bertahan adalah karena sentimen positif dari Amerika Serikat (AS), di mana bursa saham Wall Street mencatatkan kenaikan dalam empat hari beruntun atau hampir sepekan.

Dalam sepekan terakhir, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sudah melesat 1,08%, S&P 500 melonjak 1,96%, dan Nasdaq terbang 2,84%.

Rilis kinerja keuangan emiten Wall Street sejauh ini mendorong penguatan pasar. Seperempat kostituen indeks S&P 500 yang telah merilis kinerja keuangannya menunjukkan pertumbuhan laba bersih sebesar 76%. Menurut data Refinitiv, itu merupakan catatan terbaik sejak 2009.

Di sisi lain, margin laba bersih terus menguat jelang kenaikan inflasi. Menurut S&P Global, rata-rata margin laba bersih mereka mencapai 12,8%, atau di atas rata-rata historisnya.

Sementara itu, kenaikan Wall Street, terutama untuk indeks Nasdaq yang cerah bergairah pada pekan ini didorong oleh penurunan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (Treasury) sepanjang pekan ini.

Dalam sepekan terakhir, yield Treasury sudah menurun sebesar 1,9 basis poin (bp) dan saat ini berada di level 1,281%. Bahkan, yield Treasury sempat anjlok ke level 1,13%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular